Just another free Blogger theme

Minggu, 14 Desember 2025

Jelang akhir tahun, kalangan Geograf atau Pendidik Geografi, akan disuguhi berita yang bisa menyentuh nalar. Tentu saja, hal yang ingin disampaikan di sini, bukan mengenai bencana alam yang melanda hampir di sejumlah titik di Indonesia. Daerah bencana ini, bukan hanya di perkotaan, tetapi juga di sejumlah kawasan luar perkotaan, di berbagai propinsi di Indonesia. Banyak pihak, menyebutnya sebagai bencana hydrometerologi.



Kita tidak akan mengulas masalah itu. Wacana itu, sudah banyak dikedepankan oleh banyak pihak. Bahkan, kita pun, sudah sampaikan beberapa ulasan terkait masalah ini, di tulisan sebelumnya. Termasuk pandangan mengenai penting alih paradigma eksplorasi sumberdaya eekonomi. Pada bagian ini, kita bermaksud untuk melihat ada beberapa gejala yang menarik untuk dijadikan bahan renungan kalangan geograf.

Pertama, Penghijauan gurun di China adalah upaya masif dan berkelanjutan sejak 1978, terutama melalui Proyek Tembok Hijau Besar (Three-North Shelterbelt Forest Program) (TSFP), yang bertujuan membendung badai pasir dan menghentikan penggurunan dengan menanam jutaan pohon menciptakan "sabuk hijau" di utara China, termasuk sekitar Gurun Taklimakan, menggunakan teknik inovatif seperti pertanian di pasir asin dan energi fotovoltaik untuk menciptakan lahan produktifHasilnya, China berhasil meningkatkan tutupan hutan secara signifikan, mengubah gurun menjadi hutan dan lahan pertanian, serta melindungi jutaan hektare lahan.

Kedua, Temuan terbaru dari analisis citra satelit mengungkap bagaimana Beijing memperkokoh kehadirannya di Laut China Selatan. Dalam beberapa tahun terakhir, tiga pulau buatan terbesar milik China di Kepulauan Spratly menunjukkan pembangunan fasilitas baru yang secara signifikan memperluas kemampuan intelijen, pengawasan, perang elektronik, serta pertahanan kawasan tersebut.

Ketiga, Kondisi lahan di Qatar memang tandus, namun dengan menggunakan teknologi mutakhir Qatar mampu menghasilkan tanaman dan sayuran hijau yang segar. Dengan teknologi ini Qatar bisa memproduksi bunga, buah, dan sayur-sayuran yang sebelumnya mustahil tumbuh di gurun pasir. Hal ini dibuktikan oleh Al Sulaiteen Agricultural & Industrial Complex (SAIC) di Umm Salal Ali, Qatar. Wartawan Kompas Muhammad Ikhsan Mahar mengunjungi kebun SAIC, Sabtu (3/12/2022) lalu.

Terakhir, termasuk hal unik yang perlu disampaikan di sini, yakni hadirnya ekosistem-buatan, yang ada di lingkungan ex-situ. Misalnya, wisata dan suasana salju di pusat perkotaan, seperti di Ibu Kota Jakarta. Walaupun, Indonesia bukan wilayah beriklim salju, namun di sejumlah kota dapat menghadirkan wisata-unik dengan suasana ekosistem negara dari kawasan negara empat musim. Wisata ini, bersifat indor, dan buatan.

Dengan memperhatikan hal ini, maka pergerakan geografi itu sudah beranjak ke wilayah yang baru. Ranah objek kajian ini, bukan lagi geografi alamian (natural geography), tetapi sudah memasuki pada level rekayasa ruang menuju ruang-buatan (artificial space). Fenomena ini, dapat dimaknai sebagai hadirnya peran teknologi dan budaya manusia, untuk merekonstruksi ruang alamiah menjadi ruang-buatan budaya manusia. 

Inilah wilayah kajian baru, untuk Geografi masa depan. Bagaimana menurut pembaca ?


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar