Just another free Blogger theme

Selasa, 30 Desember 2025

Jelang akhir tahun. Ini adalah pengalaman empirik, yang dapat kita jalani hari ini. Saat ini, waktu menunjukkan pukul 06.38. Saat huruf itu ditulis. Tentunya, bebeapa huruf kemudian, dituliskannya, bukan pada detik itu, dan juga bukan pada waktu itu. Semuanya menunjukkan perjalaan menuju. Menuju akhir tahun.



Sudah biasa, dan terucap dalam lisan. hari-hari ini, seperti ini, adalah hari-hari jelang akhir tahun, nanti kemudian, setiap orang akan merayakan tahun baru, dan selamat tinggal tahun lama.

Sampai di sinilah, pikiran dan perasaan ini, tersentak. Tersentak dengan istilah tahun baru. Baru apanya, apanya yang baru ? tahun apanya, apanya yang disebut tahun ?

Kita tidak mau terlalu dalam mendiskusikan tema, yang mungkin cenderung jadi permainan kata-kata. Kita lebih berkepentingan dengan membicarakan masalah yang bisa kita pahami, dan bisa terapkan dalam kehidupan harian kita saat ini, dan di sini.

Coba saja  kita bertanya ke teman kita. Saat orang Indonesia Timur merayakan tahun baru, apakah di kita sudah tahun baru ? ternyata belum. Karena belum waktunya. Bila demikian adanya, maka, apa yang disebut tahun baru itu ? tahun baru ternyata sekedar peralihan detik, dan detik semata.

Bila kemudian, kita mengartikan, bahwa tahun baru adalah sekedar perubahan detik, bukankah hal itu, adalah biasa kita jalani bersama ?

Bagi mereka yang tidak setuju dengan penjelasan itu, bisa jadi mengajukan argumentasi lanjutan. Tahun baru bukan sekedar peralihan detik, tetapi peralihan hitungan waktu dalam skala tahunan. Bila argumentasi ini, digunakan pun, sejatinya adalah hal biasa, tidak jauh bebeda dengan peralihan detik. Bahkan, bila kemudian, dikaitkan dengan putaran bumi, perjalanan dari tahun ke tahun itu, adalah perjalanan kembali ke titik NOL.

Semoga saja bisa dibayangkan. Perjalanan satu tahun itu, adalah perjalanan bumi dalam satu periode putaran mengelilingi matahari. Biasa disebut REVOLUSI BUMI. Mengapa disebut revolusi, padahal hanya perjalanan rutin belaka ?

Di sini kita mendapat isme pemikiran yang  berbeda dengan makna politik, yang cenderung mengartikan revolusi sebagai perubahan besar dan mendadak. Padahal, konteks kajian ini, mengacu pada makna dasar re-volutio. Konsep ini, mengandung bentukan kata re artinya kembali, sedangkan volusi atau volutio artinya spiral, menggulung atau berputar. Sehingga, kata revolusi mengandung makna berputar kembali ke titik nol. Dalam konteks astronomi, revolusi adalah perputaran bumi mengelilingi matahari.

Berdasarkan pertimbangan itu, maka, tampak menarik untuk kembali membincangkan masalah tahun baru ini, sebagai bentuk revolusi kehidupan, dan tidak sekedar perjalanan. Tahun baruan, secara astronomi dan material fisik, pada dasarnya adalah perjalanan ke titik nol.

Perjalanan ke titik nol, bisa dimaknai lanjutan, untuk mengembalikan pada kesadaran dasar, sebelum melakukan perjalanan dan perhitungan waktu hidup berikutnya. Merayakan tahun baru, merupakan sebuah penyadaran bahwa setiap orang memiliki titik nol, dan akan bertemu dengan titik nol, serta akan kembali pada titik nol. 

Dengan demikian, rasanya penting  bagi kita saat ini, untuk mencoba memaknai peringatan tahun baru itu, adalah peringatan terkait dengan dari titik nol, dengan titik nol, kembali ke titik nol, menuju upaya unuk melanjutkan perjalanan hidup.

Setiap kita, setiap orang diantara kita, berawal dari titik nol. Titik Nolnya bersifat subjektif, sesuai dengan pemulaan yang dilakukannya masih-masing. Meminjam angka matematik, ada yang berada di titgik Nol 1, 2, 3 atau N. Atau meminjam titik geografik, ada titik nol di Bandung, Ciamis, Cianjur, Bogor, Bekasi,  Jakarta atau N. Batas titik nolnya, tidak diacukan pada aturan-baku, tetapi subjektif berdasarkan sejarah masing-masing. Fakta ini, menjadi kuasa Tuhan, dan setiap orang hanya wajib menerima fakta itu. Kita semua memiliki titik nol itu.

Dengan titik nol atau dengan tahun baru ini, kita diajak untuk meditasi bahwa semua orang berasal dari kondisi yang sama. Inilah kesadaran kita, saat dihadapkan pada titik nol.  Semua itu disadari, untuk melanjutkan perjalanan ke depan itu, kita akan kembali berdiri di titik Nol ini.

Fakta menariknya, revolusi bumi pun, memberikan pelajaran kepada kita, bahwa saat bertemu dititik Nol. bukan berarti harus  berhenti. Perjalanan akan dilanjutkan kembali. 

Pesan moralnya, tidak masalah kembali ke titik nol, yang penting jangan pernah berhenti, karena perjalanan akan terus bergerak lagi. Dan jejak perjalanan tadi, mungkin akan dilewati kembali, tetapi pemaknaan akan terus berubah dan berkembang. 

Apakah hal ini, sama dengan me-reset perjalanan hidup ?


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar