Just another free Blogger theme

Senin, 29 Desember 2025

Wacana ini, ingin mengajak pembaca masuk ke wilayah yang praktis dan operasional. Yakni, membincangkan masalah kebencanaan dalam konteks pembelajaran. Khususnya dalamn konteks sosialisasi dan komunikasi informasi kebencanaan kepada generasi muda, atau masyarakat pada umumnya, termasuk di lingkungan pendidikan dasar dan menengah. Tema ini penting untuk dibicarakan, seiring dengan adanya gejala kebencanaan yang terjadi di sekitar kita, dan menjadi perhatian kita semua. 



Tentunya, setiap orang akan memberikan pandangan sesuai kapasitas, atau peran dan posisinya. Orang yang di rumah, akan berbeda peran dengan mereka yang ada di lapangan. Perjuangan dan ketulusan dari Ferry Irwandi, sudah tidak disanksikan lagi. Beliau dan juga kelompok yang seperti beliau, memiliki kemampuan luar biasa untuk terjun ke lapangan. Sementara, yang lain, ya, semisal saya hari ini, hanya bisa bermain di depan monitor atau di depan papan tulis saja. Kendati demikian, menurut saya, itu adalah  biasa. Hal yang luar biasanya, adalah mampu memaksimalkan peran dan fungsi, di setiap posisinya masing-masing, sehingga bisa saling mengisi dan berkontribusi. 

Yeiii yyaaah... agak sedikit bela diri, kali ya. Begitu bukan pa Anggota Dewan yang terhormat ? Iya, kan, kita tidak boleh iri, dengan kemampuan orang lain, saat mampu memainkan peran maksimalnya, di bidang yang walaupun berisiran dengan profesi kita sendiri....

Terkait dengan topik bahasan kita ini, Maaf, walaupun spiritnya terkait dengan pembelajaran, namun saya maksudkan untuk makna umum, dan bukan sekedar pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran di sini, bisa dimaksudkan di rumah, di pos kamling, atau ruang-ruang diskusi dan pembelajaran non atau in formal. Bukankah, makna tempat belajar secara undang-undang pun demikian adanya ?

Pertama, konten kebencanaan, perlu dijadikan bagian penting dari pembelajaran sosial masyarakat kita. Setiap jenjang pendidikan, baik di formal maupun non formal, termasuk informal (keluarga), perlu menyisipkan wacana kebencanaan dalam praktek pembelajarannya. Kebutuhan ini, bagian dari upaya meningkatkan kesadaran dan penyadaran kepada masyarakat kita, yang tinggal di Indonesia.

Selama ini kita kerap silau dengan konsep literasi dan numerasi sains, budaya, dan finansial. Padahal yang mendesak dan sangat dibutuhkan masyarakat kita hari ini, setidaknya sebagaimana tersadarkan kali ini, adalah literasi kebencanaan. Konsep umumnya, bisa disebut literasi geologis.

Penguatan konsep ini, setidaknya diarahkan untuk membangunkan kesadaran masyarakat, terhadap karakter lingkungan dan karakter geologis tempat tinggal kita, Indonesia ini. Karakter lingkungan, astronomis, geografi dan geologi Indonesia ini, unik, dan memiliki karakter khas. Dari karakter alamnya ini, selain memiliki kekayaan sumberdaya alam, pun demikian yang lainnya, yakni memiliki kekayaan (lebih tepatnya keanekaragaman) bencana alam.

Terkait hal itu, maka konten kegeologian ini penting untuk disampaikan, dengan maksud untuk meningkatkan kesadaran geologis masyarakat Indonesia. Langkah ini pun, selaras dengan upaya penguatan kesadaran mitigatif masyarakat terhadap resiko-resiko bencana alam itu sendiri.

Kedua, wacana ini penting, terkait dengan struktur geologi bangsa Indonesia. Para pakar, kerap menyebut Indonesia itu, ibarat perahu yang berlayar di atas tiga lempengan yang aktif, dinamis, dan bahkan misterius serta membahayakan. 

Informasi yang kita dapatkan, setidaknya ada empat lempengan utama. Yaitu (1) Lempeng Indo-Australia, bergerak ke utara, menunjam di bawah Lempeng Eurasia, menciptakan jalur gempa dan gunung berapi di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara, (2) Lempeng Eurasia, mencakup sebagian besar wilayah daratan Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi), (3) Lempeng Pasifik, bergerak ke barat daya, subduksi di bawah Eurasia di wilayah Indonesia Timur, membentuk pegunungan di Papua, dan terakhir (4) Lempeng Laut Filipina, yang berinteraksi di utara Indonesia, memengaruhi Sulawesi Utara dan Halmahera

Kompleksnya lempangan kulit bumi Indonesia, tidak mesti dijadikan sebagai satu kekhawatiran besar bagi kita semua. Waspada harus, tetapi khawatir (apalagi berlebihan), tidak boleh. Kenapa ?

Ketiga, kenyamanan perjalanan di lautan itu, bukan karena ombak dan luasnya lautan, namun kepiawaian nakoda dalam mengendalikan perahu tersebut. Bahkan ada ungkapan, nakoda yang baik akan diukur dari kemampuannya dalam mengarungi ombak lautan, bukan sekedar karena bisa mengendalikan perahunya saja. Karakter lautan, akan menjadi indikator, seseorang disebut piawai atau tidak dalam mengarungi lautan tersebut.

Lempengan geologis Indonesia ini, bersifat aktif dan dinamis. Gelombang kejutnya, kadang meninabobokan, dan kadang pula sampai bisa merobohkan. Kita bisa melihat, dan menyimak berita, mulai dari gerakan rayapan tanah, sampai likuifaksi atau gempa yang mengguncang sejumlah titik daerah di Indonesia. 

Sehubungan  hal ini, maka yang dibutuhkan saat ini, adalah hadirnya pemimpin yang mampu menakodai perahu ke-Indonesia-an, secara tepat dan berkelanjutan. Karena, hanya dengan cara demikianlah, Indonesia bisa bertahan di atas badai lempengan yang ada sekarang ini.

Keempat, pengalaman pribadi di lembaga pendidikan, yaitu minimnya suplay peta kerawanan bencana yang terbaru. Update informasi menjadi penting, dengan maksud dan harapan, supaya informasi faktual dan aktual, bisa segera tersosialisasikan kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, peta kerawanan bencana, selain menjadi pokok soal pembahasan, pun dapat dijadikan sebagai sisipan dalam setiap penanaman nilai kesadaran geologis kepada masyarakat Indonesia.

Terakhir, tentunya materi dasar yang hendak disampaikan itu, bukanlah materi kebencanaan atau kerawanan bencana yang jauh dari alm kehidupan peserta didik atau masyarakat. Materi kebencanaan yang dimaksudkan itu, adalah materi kebencanaan yang potensial ada, dan potensial terjadi di sekitar peserta didik, atau lingkungan lembaga pendidikan yang kta maksud itu.

Penekanan dan penguatan bab kebencanaan dalam pembelajaran ini, setidaknya akan menjadi bagian penting dari upaya membangun kemelekan bangsa Indonesia terhadap karakter geologi Indonesia. Oleh karena itu, di era informasi, praktek pembelajaran kita, bukan hanya di arahkan untuk meningkatkan literasi digital dan informasi, tetapi juga perlu memberikan penguatan terhadap literasi geologis itu sendiri. 

Bagaimana menurut pembaca ?


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar