Just another free Blogger theme

Sabtu, 20 Desember 2025

Ada dua kejadian, yang perlu menjadi bahan renungan kita bersama. Kedua kejadian ini, terkait dengan kebaikan orang.  Pertama, disampaikan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat  (DPR) dari Fraksi Partai Gerindra, Endipat Wijaya, menyinggung donasi warga untuk korban bencana Sumatera yang viral meski angkanya lebih kecil dari bantuan pemerintah. Dia menilai seharusnya bantuan pemerintah yang besar juga diketahui oleh masyarakat.



Endipat juga menyindir relawan yang datang ke lokasi bencana dan kemudian viral. “Orang yang cuma datang sekali seolah-olah paling bekerja di Aceh, padahal negara sudah hadir dari awal. Ada yang baru datang, baru bikin satu posko, ngomong pemerintah enggak ada. Padahal pemerintah sudah bikin ratusan posko di sana,” ujar Endipat. Begitulah, pemberitaan yang disampaikan oleh sejumlah  media.

Jumat, 19 Desember 2025

Ada berita menggembirakan. Berita ini, terkait dengan nilai kedermawanan bangsa Indonesia. Inilah beritanya.


Dalam tujuh tahun terakhir secara berturut-turut sejak tahun 2018-2024, Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia berdasarkan riset publik Charities Aid Foundation dalam tajuk World Giving Index. Predikat ini merupakan modal sosial bagi Indonesia.  

Setelah tahun 2018, Indonesia menggeser Myanmar yang pada tahun 2017 sebagai negara paling dermawan di dunia, posisi pertama Indonesia belum pernah tergeser hingga tahun 2024. Tren positif Indonesia secara skor indeks stabil naik dari 59 hingga 74. Angka yang disebut terakhir bahkan menjadi skor indeks tertinggi untuk sebuah negara pada World Giving Index (WGI) sejak dirilis pada tahun 2010

Namun, dalam waktu terakhir ini, kita pun, mendapat berita yang mengagetkan nalar kita. Pemerintah menolak bantuan asing, terkait dengan uluran tangan mereka untuk korban bencana di Sumatera.

Kamis, 18 Desember 2025

Bagi sebuah negara sekular, tidak akan membedakan antara organisasi sakral dan organisasi profan. Sementara, untuk sebuah negara yang menjunjung tinggi nilai dan norma agama, simbolisasi kesakralan dan Profanitas akan senantiasa hadir di benaknya. Disadari atau tidak, kesadaran ini, akan muncul dari alam bawah sadarnya. Lembaga ekonomi, olahraga, dapat lah disebut sebagai salah satu contoh lembaga profan atau duniawi, sedangkan lembaga keagamaan, masuk dalam kategori lembaga sakral atau suci. 



Tentunya, pembedaan itu sendiri, tidak selamanya sama, dan bisa berbeda pendapat. Bergantung sudut pandang. Penulis akui dan sadari itu. Namun untuk memudahkan pemahaman sederhana saja, agama dan organisasi keagamaan, serta seluruh kegiatan keagamaan di dalamnya adalah kegiatan-kegiatan sakral.

Rabu, 17 Desember 2025

Bencana sudah nampak. Korban sudah jadi fakta. Kehilangan harta benda, bukan sekedar berita. Namun lucu dan luar biasanya, di masyarakat kita, khususnya Pemerintah dan pejabat negara masih melahirkan kontroversi yang kehilangan nilai pragmatisnya. Tidak sedikit, dan cukup sering kita mendengar, sikap, tindakan dan kebijakan pemerintah atau elit negara ini, malah melahirkan perbincangan yang tak berkesudahan, dengan mengabaikan fakta penderitaan rakyat.


Sebagian sudah diklarirfikasi, dan sebagain lain sudah pula minta maaf. Tetapi, catatan digital ini, masih tetap juga perlu dijadikan bahan renungan bagi kita semua.

Selasa, 16 Desember 2025

Bagi seorang Geograf, konsep jarak itu penting. Jarak (distance) adalah ruang antara dua titik. Ruang antara dua titik ini, merupakan gejala keruangan, yang memiliki makna tersendiri, baik itu dalam pengertian kedekatan, keterjangkauan, atau keakraban. Semua hal itu, bisa ditafsirkan dalam konteks memahami hakikat jarak.



Ketidaktepatan kita dalam mengartikan dan memanfaatkan jarak, potensial melahirkan narasi keruangan yang beragam. Karena kesalahan mengartikan jarak, bisa menyebabkan distintegrasi sosial, dan karena sempurna memanfaatkan jarak mampu membangun kerukunan dan keharmonian. 

Senin, 15 Desember 2025

Dalam konteks peradaban hari ini, kita, baik sebagai guru maupun sebagai orangtua, kerap kali dihadapkan pada perilaku anak rejama yang aneh-aneh, dan mengusik rasa. Iya, betul, mengusik rasa. Bukan sekedar menyentuh, dan mengusik, bahkan ada yang tercabik-cabih rasa.


Sewaktu masih ramai, memanfaatkan kendaraan umum bernama angkutan kota (ANGKOT), tak jarang, bila pulang kerja, akan bertemu dengan pasangan remaja, di angkot duduk berduaan. Bersandingan. Bahkan, bercumbu mesra. Mereka tidak risih dengan orang yang ada di sekitarnya.

Minggu, 14 Desember 2025

Ide ini, sejatinya bukan barang baru. Begitulah, dalam pandangan para ahli. Eh, mungkin. Penulis sendiri, tidak begitu banyak membersamai perkembangan akademik di dunia kampus. Penulis sekedar membaca dari apa yang ada, diterima di media sosial, dan atau kepikiran saat menuangkannya dalam ruang-digital ini. Kendati demikian, ide ini pernah disampaikan di beberapa kesempatan, walaupun belum banyakmendapat respon. 

Mungkin tidak menarik.


Sekali lagi, walaupun tidak menarik, dan belum merangsang pemikiran sejumlah pihak, di ruang-digital ini, penulis ingin sampaikan ulang mengenai perkembangan karakter disiplin ilmu geografi.  

Jelang akhir tahun, kalangan Geograf atau Pendidik Geografi, akan disuguhi berita yang bisa menyentuh nalar. Tentu saja, hal yang ingin disampaikan di sini, bukan mengenai bencana alam yang melanda hampir di sejumlah titik di Indonesia. Daerah bencana ini, bukan hanya di perkotaan, tetapi juga di sejumlah kawasan luar perkotaan, di berbagai propinsi di Indonesia. Banyak pihak, menyebutnya sebagai bencana hydrometerologi.



Kita tidak akan mengulas masalah itu. Wacana itu, sudah banyak dikedepankan oleh banyak pihak. Bahkan, kita pun, sudah sampaikan beberapa ulasan terkait masalah ini, di tulisan sebelumnya. Termasuk pandangan mengenai penting alih paradigma eksplorasi sumberdaya eekonomi. Pada bagian ini, kita bermaksud untuk melihat ada beberapa gejala yang menarik untuk dijadikan bahan renungan kalangan geograf.

Minggu, 07 Desember 2025

Disclaimer. Tulisan ini, lebih merupakan hipotesis, bahasa akademiknya. Sementara bahasa awamnya, dugaan dari orang luar terhadap fenomena yang terjadi. Tentunya, sebagai sebuah hipotesis atau dugaan pemikiran, atau istilah lainnya opini, terwarnai aura subjektif penulis. Penilaian serupa itu, tidak jadi soal. Maksudnya, penulis akui dan sadari itu. Terlebih lagi, tulisan ini, disampaikan dari jarak jauh, dan tetangganya saja. Karena itu, kemungkinan ada kekeliruannya sangat terbuka.



Pendahuluan pemikirannya, sebagai warga negara dan umat beragama, kita prihatin, dengan adanya kisruh di tubuh NU, yang melibatkan para petinggi organisasi. Ah, ketang, di negeri kita ini, memang seringkali, intrik dan konflik di level elit itu, bukan barang baru. Cukup sering, dan seringkali  menjadi konsumsi media. Terlebih lagi, bila organisasi kelompok yang bertikai itu, adalah elit-politik atau elit agama yang memililki massa melimpah.

Sabtu, 06 Desember 2025

Kebanggaan Indonesia, salah satunya bisa dialamatkan pada ketersediaan sumberdaya alam. Sewaktu Orde Baru, kita bangga dengan sumberdaya alam yang tidakdapat diperbaharui. Bahan Bakar fosil, seperti minyak bumi dan batu bara, menjadi andalan kita bersama. Namun, untuk konteks pembangunan ini, Indonesia belum berhasil paripurna, setidaknya kesejahteraan rakyat Indonesia belum terwujud secara merata.



Kemudian, alih paradigma atau alih pemikiran terjadi. Masyarakat kita dan Pemerintah secara bersama-sama bergerak menuju pengembangan energi terbarukan. Sumberdaya alam energi terbarukan ini pun, sangat-amat melimpah. Bisa dibilang, negeri kita ini, tidak akan pernah habis untuk deposit kekayaan alam terbarukan. Di daratan, dan lautan, begitu sangat melimpah.

Jumat, 05 Desember 2025

Dalam pekan ini, berita bencana alam, mewarnai seluruh media massa dan media sosial. Bukan hanya ilustrasi, foto atau dokumen, atau narasi. Narasi dan koreksi pun, terus bermunculan, berseliweran, dan tidak jarang saling baku-hantam gagasan di media virtual. Pro kontra, atau kritik dan dukungan, seperti biasa, terus mewarnai media massa dan media sosial kita.


Seperti biasa, dan sebagaimana biasa kita saksikan selama ini. Kritikan kepada Pemerintah, biasa mengalur, dan kemudian digulung oleh komentar keras dan pedas, dari ragam pihak. Bencana yang mengundang air mata, dan menguncang rasa, selain memantik simpatik, juga kritikan kepada pengampu kebijakan.

Kamis, 04 Desember 2025

Alhamdulillah, di pagi Jum’at ini, ada waktu untuk menafakuri firman Allah Swt, yang terungkap dalam al-Qur’an. Allah Swt berfirman :



﴿ وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ ١٥٦ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ ١٥٧ ﴾ ( البقرة/2: 155-157)

Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).   Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.  (Al-Baqarah/2:155-157)

Menengok sejumlah kitab tafsir terkait ayat ini, kita menemukan beberapa inspirasi yang sangat mendalam. Kesan subjektif kita, selepas membaca ayat ini, kita diajak pada sebuah narasi yang luar biasa luas dan mendalam. Gaya bahasa yang digunakannya unik, dan menggugah emosi serta nalar si pembacanya.

Rabu, 03 Desember 2025

Bencana alam, kembali terjadi di beberapa titik di Indonesia. Kepedihan, kesedihan, duka dan respon keprihatinan menyeruak ke permukaan. Sebagai bagian dari kebersamaan, kepedulian dan juga simpati, mulailah mengalir dukungan baik doa, maupun material dan finansial ke wilayah bencana. Gerakan sosial ini, muncul dan berkembang, sebagai bagian dari fitrah kemanusiaan, yang kerap kali hadir dari lubuh kebangsaan, negeri tercinta ini.


Namun, dibalik itu semua, sekali lagi, muncul lagi pertanyaan, mengapa bencana alam serupa ini, kembali terjadi dan secara berulang terjadi lagi ?

Jumat, 28 November 2025

"Pak, kami dari pihak sekolah, tidak sekedar menanamkan keterampilan tetapi juga sikap..!" ujar seorang pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL).  Mendengar itu, sebagai orangtua siswa, tentunya, bisa mendengar dan menyimak penjelasan mengenai  maksud dan tujuan itu. Kemudian, dia pun memaparkan kondisi karakter generasi milenial.


"dalam pengalaman kami,   lulusan dari sekolah kita ini, kalau bekerja, sering menjadi kutu loncat. Tidak betahan.  Baru kerja sebulan, sudah resign. Kemudian di tempat barunya, pun demikian lagi. Kasusnya, ternyata bukan dilakukan oleh satu orang, tetapi beberapa orang sudah dilaporkan oleh pihak perusahaan..." paparnya, dihadapan kami, dan anak kami saat itu.

Kamis, 27 November 2025

Menarik, bila kita memperhatikan keberanian Presiden Prabowo dalam hari-hari pertama, di tahun kedua ini. Setelah sebelumnya, memberikan Abolisi kepada Tom Lembong, kemudian Hasto Kristiyanto mendapatkan Amnesti, dan minggu ini, kita mendapat informasi bahwa Ira Puspadewi mendapat rehabilitasi.



Pertanyaannya sudah tentu, adalah "apa itu, mengapa itu, dan bagaimana implikasi  lanjutan hukumnya dalam konteks penegakkan hukum ?" Masalah inilah, kiranya, hal-hal yang perlu dinarasikan bersama. Hal ini penting kita lakukan, sehingga jangan sampai, ada kesalahpahaman diantara kita, atau prasangka buruk terhadapnya.

Senin, 24 November 2025

Informasi minggu ini, kasus Ira Puspadewi menjadi viral. Dirut ASDP (Angkutan Sungai, Darat dan Penyebrangan) itu, divonis penjara 4,5 tahun, dengan alasan merugikan negara sekitar 1,25 trilyun, atau di berita yang lainnya, yakni menguntungkan  PT Jembatan Nasional.



Uniknya, dalam pemberitaan terkait kasus ini, di beberapa media sosial, ada narasi lain yang sangat berbeda, bahkan nyaris ekstrim. Marilah kita diskusi, bukan dalam konteks pemikiran hukum, namun dalam konteks pemikiran rakyat biasa.

Jumat, 21 November 2025

Pengalaman kita hari ini, dan sudah berjalan hampir 1 tahun lamanya. Mungkin juga, akan terus berlanjut ke masa depan. Kita semua, khususnya masyarakat yang mengikuti perkembangan kasus di media sosial, ramai membincangkan keabsahan ijazah, baik terkait pejabat negara di pusat, maupun pejabat negara di daerah. Media massa, baik media sosial maupun media elektronik, tidak henti-hentinya memubilikasikan konten ini, dengan sangat massif, dan terus dijadikan sajian utama kepada masyarakat.


Di sini  saya, tidak akan mengomentari masalah konten kasus di maksud. Karena kebetulan ini, membaca buku karya Clifford Geertz, jadi terenyuh untuk membincangkan masalah metodologi penarasian dalam sebuah konteks keilmuan. Maksudnya saya akan membincangkan inspriasi dari Hayat dan Karya, dari tulisan Geertz dalam memotret fenomena yang sedang terjadi saat ini, di lingkungan kita.

Sabtu, 15 November 2025

Hari itu, 13 November 2025, mendapat pencerahan dari narasumber kepramukaan. Saat itu, sang narasumber, Kaka Pelatih dari Pramuka memberikan sebuah ilustrasi mengenai sejumlah anggota Pramuka yang sudah meraih tingkatan Garuda. Ada siaga Garuda, Penggalang Garuda, Penengak Garuda dan juga Pandega Garuda. Luar biasa. Mantap dan keren.


Peserta Kursus Orientasi Kepramukaan, dibuatnya kagum, dengan kehadiran sang Garuda tersebut. Tentunya, selepas menyaksikan hal itu, muncul pertanyaan dasar namun konyol, "gimana caranya, mereka mengatur waktu hidup, sehingga bisa meraih Garuda?" lebih lanjut dari itu, para penggumam itu, setidaknya saya merasakan, "kok bisa, sementara di sekolahku, jumlah peserta didik pramuka itu, dari tahun ke tahun, jarang beranjak jauh dari jumlah jari tangan dan kaki, disamping itu pun, raihan tertingginya  kadang sekedar Bantara atau Laksana..".

Jumat, 14 November 2025

Tanpa mengurangi rasa hormat kita kepada Sir Robert Stephenson Smyth "Baden-Powell", Bapak Pandu sedunia. namun, hal ini, rasanya ingin dicurhatkan di ruang ini. Baden-Powell (22 Februari 1857 – 8 Januari 1941), dikenal sebagai BPbipi atau Lord Baden-Powell, adalah letnan satu umum di tentara, penulis, dan dikenal sebagai pendiri Gerakan Kepanduan se-dunia.



BP lahir di London. Karir dan kemampuannya sangat mengagumkan. Dia dikenali sebagai seniman, penulis, bahkan sempat menjalani tugas sebagai Inspektur Jendral Kavaleri di tahun 1903. Bahkan, pernah pula ditugas ke luar negeri, dan menjalani peperangan di luar negaranya. Pengalaman hidup, dan prestasi hidup yang luar biasa itu, sangat dikenal oleh kalangan pramuka di Indonesia (terlebih lagi di dunia).

Kamis, 13 November 2025

Hari ini, mendapat pencerahan. Ketercerahannya diri ini, ada yang bersumber dari narasumber, dan ada pula yang bermula dari sesama peserta. Peseta Kursus Orientasi Pramuka.


Ketercerahan ini, setidaknya adalah mampu memetakan keragaman penafsiran di level lapangan terhadap makna wajibnya Pramuka sebagai ekstrakurikuler di jenjang pendidikan dasar dan menengah.  Penulis merasakan, bahwa dari obrolan di hari ini,  kendati, sikap yang muncul masih tetap melahirkan keberagaman, namun, pemetaan mengenai makna wajib ini, menjadi penting untuk dikomunikasikan.

Rabu, 12 November 2025

Saya, agak kurang paham maksudnya. Tetapi, teks dan penjelasan sederhananya, sangat jelas. Sang penutur, yang menjadi Andalan Pramuka, saat memberikan materi Kursus Orientasi Kepramukaan, mengatakan, bahwa "generasi alpa ini, hidup dengan suasana tanpa doktrin". 



Generasi Tanpa Doktrin, terdengar kuat dalam narasi di Kursus Orientasi Kepramukaan tersebut. Sepintar, terdengar bahwa di generasi ini, tidak ada narasi yang tunggal, dan mereka memiliki keleluasaan untuk lebas dari ikatan narasi tunggal. Generasi ini, mendapat isme baru dari media sosial dan informasi di dunia maya, terkait ragam narasi atau doktrin. Sehingga, doktrin kehidupan, bahkan termasuk dokrin agama sekalipun, tidak menjadikannya terikat terhadapnya.

Jumat, 24 Oktober 2025

 


Islam sangat memperhatikan aspek praktis. Tidak sekedar teoritis, atau kognisi. Islam, sebagaimana yang ditunjukkan dalam informasi ilahiah dalam Kitab Suci al_Qur’an, menunjukkan adanya peran penting dalam penguatan aspek praktis dalam kehidupan di dunia ini. Kesan ini, setidaknya dapat dipelajari dari firman Allah Swt :

﴿ وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوْاۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ ١٣٢ ﴾ ( الانعام/6: 132)

Masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.  (Al-An'am/6:132)

﴿ وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوْاۚ وَلِيُوَفِّيَهُمْ اَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ١٩ ﴾ ( الاحقاف/46: 19)

Setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah menyempurnakan balasan amal mereka serta mereka tidak dizalimi.  (Al-Ahqaf/46:19)

 Dengan dua ayat ini, jelas bahwa manusia akan memiliki derajat kehidupan yang berbeda, baik selama di dunia maupun di akhirat kelak. Informasi ini, bukan dimaksudkan untuk diskriminasi, melaikan informasi formal terkait dengan inklusivitas-proporsional dalam menilai kinerja manusia.

Lantas persoalannya, bagaimana Islam menyajikan informasi mengenai keragaman atau variasi kualitas amal perbuatan manusia ? ditemukan, setidaknya ada empat kualitas perbuatan manusia.

Kamis, 09 Oktober 2025

Beberapa tahun lalu, kadang mendapat komentar yang miring, saat memberikan jawaban, terkait motto hidup. Sudah beberapa tahun sebelumnya, jika ditanya, mengenai moto hidup, dijawab dengan kalimat, “berbuat baiklah, semaksimalmu, karena semua itu akan kembali pada diri sendiri”. Beberapa teman, menilainya, sebagai sesuatu yang egois, dan mereka menyarankan, mengapa tidak menggunakan kalimat, “berbuat baik dan mengabdi kepada Masyarakat?”


Ah, mungkin, sekedar salah paham, atau belum mendapat penjelasan lebih lanjut saja, sehingga mereka melakukan komentar serupa itu. Karena sejatinya, bisa jadi, motivasi intrinsic, atau dorongan utama dalam diri seseorang, tentunya adalah karena dirinya ingin mendapat keuntungan, kebahagiaan, atau kebaikan itu sendiri.  Artinya, kebaikan apapun yang dilakukan seseorang untuk orang lain, sejatinya adalah untuk kebaikan diri kita sendiri.

Sabtu, 02 Agustus 2025

Unik  memang, kalau hidup di Indonesia. Setidaknya, seperti untuk minggu ini. Di media sosial, ada berita, bahwa tanggal 18 Agustus akan ditetapkan sebagai hari libur. Istilahnya hari libur tambahan. Bagi sebagian orang, hal itu, akan menjadi berita gembira. Tetapi, bagi sebagian orang,  tidak (atau belum) memberikan dampak nyata dari kebijakan tersebut. 

Lha kok bisa ?


Istilah  libur, pada dasarnya, hanya bermakna libur bagi sebagian orang, atau, bagian  kegiatan tertentu.  Libur, bukan atau tidak sama dengan kegiatan luang yang leluasa, yang bisa digunakan seseorang, atau sekelompok orang untuk menikmati waktu dengan santai.


Dalam tradisi kita, kerap muncul pertanyaan, iman dulu, atau paham dulu ? akankah, kita bisa mengimani sesuatu, bila kita tidak memahaminya ? ataukah, dapatkah kita bisa memahami sesuatu, sebelum mengimaninya ? Dua pertanyaan itu, seakan filosofis, dan masuk dalam tradisi ilmu kalam, dan terus menjadi bahan narasi yang cukup mengganggu pikiran kita.

Namun, bila ditelaah secara seksama, ada satu aspek keberagamaan yang masih belum banyak terungkap. Aspek yang kita maksudkan ini, yakni merujuk pada firman Allah Swt yang berbunyi :

﴿ وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۚوَالرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ لِتُؤْمِنُوْا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ اَخَذَ مِيْثَاقَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ٨ ﴾ ( الحديد/57: 8)

Mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajakmu beriman kepada Tuhanmu? Sungguh, Dia telah mengambil janji (setia)-mu jika kamu adalah orang-orang mukmin.  (Al-Hadid/57:8)

Khitab ayat ini ditujukan kepada orang-orang kafir. Menurut Jalalain  (J. A.- Syuyuthi and Mahalliy 2009), kalimat awal dalam ayat ini, memberi kesan, tidak ada halangan untuk beriman, karena sudah ada Rasul yang hadir di tengah orang kafir. Hanya saja, mengapa mereka tidak beriman ? dalam hal ini, Ibnu Katsir  (Dimasqy 2015) memberi penjelasan bahwa kesan ayat ini dimaksudkan untuk menggali alasan atau faktor penyebab orang kafir tidak mau beriman, padahal ada Rasul menyeru kepada Allah.

Jumat, 01 Agustus 2025

Mencuat sebuah pertanyaan, saat orang-orang menyaksikan adanya pembagian Makanan Bergizi Gratis (MBG) dari Pemerintah. Rakyat yang ada di bawah, khususnya orangtua siswa yang memiliki kemampuan ekonomi yang terbatas, mengajukan pertanyaan, "mengapa tidak dikirimkan saja, uangnya kepada oranangtua, biar kami yang mengatur dan bahkan turut merasakannya?" ujarnya.



Harapan itu, setidaknya disandarkan pada pemikiran, jika anggaran makanan bergizi gratis itu, sebesar (misalnya) 10K, maka satu keluarga Indonesia yang memiliki anak, akan mendapatkan bantuan dari Pemerintah sebesar 300K perbulan. Bila dia memiliki anak sekolah, sebanyak 3 orang (misalnya, ada yang di SD, SMP dan SMA),  maka setidaknya dalam satu bulan satu keluarga akan mendapat subsidi pendidikan sebesar 900K / bulan untuk perbaikan gizi keluarganya. Tentunya, jika di masak di rumah, maka makanan bergizi itu, bukan hanya dinikmati oleh 3 anaknya, tetapi dengan kedua orangtuanya sendiri.

Minggu, 27 Juli 2025

 


Minggu kemarin, tepatnya hari kamis, kami dengan beberapa orang menyengaja melakukan survey. Lokasi yang dituju, didapat dari media sosial. Lagi viral. Merujuk berita di media sosial itu, lokasinya indah. Ada Sungai yang bisa digunakan body rafting. Ada air terjunnya, ada Lokasi bumi perkemahan. Tentunya, ada yang jualan makanan instan di kawasan wisata perkemahan. Hutan yang indah, dengan tetanaman yang beragam, enak di dipandang, dan indah. Instagramable, menurut anak gaul saat ini.

Bisa dibayangkan. Dari Lokasi tempat tinggal kami ini, jaraknya kurang lebih 30 km atau menghabiskan waktu kurang lebih 1,15 menitan. Tentunya, dengan laju kendaraan yang standar. Bila macet, dan laju kendaraannya lambat bisa lebih lama dari itu, apalagi kalau bannya bocor, di tambah jajan-jajan dulu ditengah jalannya. Sedangkan bila laju kecepatannya tinggi, bisa melaju lebih cepat dari yang diduga oleh google maps.

Jumat, 25 Juli 2025

Kadang kita, umat Islam, merasa berpikiran maju. Walau memang, ada sejumlah pikiran maju dan kemajuan yang dilahir di zaman kita, namun pengakuan serupa itu, kadang tidak seluruhnya benar. Sekali lagi, tidak seluruhnya benar, walau ada hal-hal orisinal yang lahir di zaman modern ini. Hal itu, disebabkan, karena sejumlah ide dan gagasan modern, ternyata sudah lahir juga dalam  khazanah pemikiran pemikir kita di masa lampau.


Tanpa bermaksud menafikan pemikiran-pemikiran modern. tetapi, dalam dunia keilmuan pun, sudah terbiasa adanya. Misalnya, sejumlah kajian modern kerap kali mengutip satu atau sejumlah pendapat dari pemikir-pemikir klasik, bahkan pemikir yang lahir pada tahun-tahun sebelum masehi, misalnya ke pemikir-pemikir dari kebangsaan Yunani. Hal itu menunjukkan bahwa kualitas pemikiran dan orisinalitas pemikiran itu, kerap kali berkesinambungan (bersanad) terhadap pemikiran pemikir masa silam.  

Minggu, 29 Juni 2025

 


Kembali pada kasus adik kecil kita di rumah. Sewaktu dia tidak mendapatkan sesuatu hal yang diinginkannya, dan kemudian ibundanya atau ayahandanya menawarkan pemuas yang lain, yang memiliki daya tarik yang lebih buruk daripada yang diinginkannya, si adik kecil itu selanjutnya meredakan tangisan, dan menggapai tawaran dari orangtuanya tersebut.

Kasus ini memberikan petunjuk kepada kita, dalam konteks tertentu, setiap orang memiliki peluang yang terbuka, untuk bisa mengkonversi kesedihannya ke dalam bentuk lain.  Seperi halnya, si adik kecil, kesedihan tidak mendapatkan es cream, dikonvesi dengan diajak bermain congklak oleh ibundanya, atau tidak terwujudnya harapan untuk mendapatkan coklat, bisa dikonversi dengan mendapatkan mangga dari pohon di depan rumahnya.

Sabtu, 28 Juni 2025

 


Kesedihan. Sebuah kata, yang kerap menjadi bagian dari kehidupan seseorang. Tidak ada manusia yang tidak pernah merasakan kesedihan. Anak kecil, remaja, dewasa, laki atau Perempuan, pernah merasakan kesedihan. Entah itu kesedihan yang disebabkan karena perbuatan sendiri, atau karena ada factor luar yang menyebabkan munculnya kesedihan.

Terkait hal inilah, kemudian muncul harapan, atau kebutuhan manusia, sudah dipastikan semua orang akan memiliki harapan yang sama, yakni bagaimana menghalau kesedihan menjauh dari dirinya. Bagaimana kita, bisa menghapus kesedihan tersebut ?

Rabu, 25 Juni 2025

Manusia adalah hewan berbicara (animalia loquentia) atau hewan komunikatif (animalia communicative). Dalam mewujudkan dan mengekspresikan kebutuhannya, manusia senantiasa melakukan komunikasi baik dengan dirinya, orang lain, maupun Tuhannya.

Bagaimana jadinya, jika seseorang mengalami hambatan dalam komunikasi ?


Sebagai contoh, seorang guru sedang melakukan pembelajaran kepada peserta didik. Dia menyampaikan informasi dan ragam nasihat kepada peserta didiknya. Setelah waktu berjalan, proses pembelajaran dianggap sudah selesai, kelakukan dan kinerja peserta didik malah menunjukkan hal yang sebaliknya dengan yang diajarkan atau disampaikan sang guru tersebut ?  Saat dikonfirmasi, sang guru malah mendapatkan resppon yang kurang baik dari peserta didiknya, misalnya peserta didik melakukan tindak perlawanan atau penolakan terhadap apa yangdiharapkan sang guru. Apa yang akan terjadi pada guru tersebut ?

Selasa, 24 Juni 2025

 Bila kita berhadapan dengan 2 ayat surat Mujadillah, dan atau yang sejenis ini, kita akan menemukan kesan dan pesan Ilahiah mengenai konsekuensi fiqh Islam. Konsekuensi fiqh Islam yang kita maksudkan itu, yang menawarkan prinsip opsional.


Terhadap sebuah pelanggaran, yang dilakukan hamba-Nya, Allah Swt tidak secara kaku menetapkan satu jenis sanksi atau konsekuensi. Dalam beberapa kasus, kerap menunjukkan kearifan dan kebijakannya, yang dilandasi nilai Rahman-Rahim Allah Swt, yakni memberikan pilihan sanksi kepada hamba-Nya, sesuai dengan kemampuannya.

Senin, 23 Juni 2025

  

﴿ ۞ قُلْ اِنَّمَآ اَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍۚ اَنْ تَقُوْمُوْا لِلّٰهِ مَثْنٰى وَفُرَادٰى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوْاۗ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِّنْ جِنَّةٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ لَّكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ ٤٦ ﴾ ( سبأ/34: 46)

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku hendak menasihatimu dengan satu hal saja, (yaitu) agar kamu bangkit karena Allah, baik berdua-dua maupun sendiri-sendiri, kemudian memikirkan (perihal Nabi Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu bahwa di hadapanmu ada azab yang keras.”  (Saba'/34:46)

Bismillahhirrahmanirrahim.  Firman Allah Swt ini, memberi kesan dan pesan kepada kita, mengenai ‘pentingnya sikap tegas’ pada setiap muslim. Di penggalan pertamanya, jelas memberikan pesan kepada kita mengenai satu pesan utama dari Rasulullah Saw, yakni “Bangkit Demi Allah”.



Qum Lillah. Bangkit demi Allah. Pesan utama dan pesan tegas, pentingnya ketegasan sikap seorang muslim dalam menghadapi kehidupan ini. Qum Lillah, baik secara berdua-duan, atau sendirian. Qum Lillah, bisa dilakukan secara kolektif, dan perlu dilakukan secara terorganisasi atau berjamaah. Tetapi, andaipun hal ini tidak bisa dilakukan, karena orang lain tidak  mau atau tidak mampu untuk melakukannya, maka Qum Lillah, bisa ditegak dan dilakukan secara sendirian.

Sabtu, 31 Mei 2025

Anak ‘nakal’ atau kenakalan remaja, adalah istilah yang popular di tengah Masyarakat kita. Di jawa Barat, malah ada sebutan, anak nakal bisa dibarakkan. Maksudnya, anak nakal ada potensi untuk dididik di sistem pendidikan barak, yang bertempat di lembaga pendidikan militer. Sistem dan budayanya,  mungkin bisa disebut militer, tetapi tidak militeristik. Andaipun disebut semi-militer pun, tidaklah tepat. Karena, prinsip-prinsip pembelajarannya, tetap mengacu pada upaya membangun kedisiplinan kepada generasi muda, tanpa dimasuki ideologi kemiliteran yang sifatnya doktrin atau komando.


Sepanjang apapun tulisan diatas, tetap saja, melahirkan pro kontra.  Kesempatan ini, kita tetap, tidak akan masuk pada wilayah pro kontra tersebut.  Konten yang dimaksud dalam narasi kali ini, lebih disebabkan karena kepenasaran diri, terhadap konsep “nakalan” yang ada dalam al-Qur’an, dan baru sadar, pentingnya untuk melakukan kajian terhadap konsep tersebut.

Meminjam catatan Asfahani, kata nakala mengandung dua makna pokok, yaitu (1) jika diterapkan pada kalimat “nakala ani syai-in, artinya ‘ia lemah terhadap sesuatu’, sedangkan kata ‘naklun’, artinya ikatan pada Binatang melatan, atau besi pelana. Pada makna yang kedua itu, kata naklan ada sesuatu yang mengikat (Ashfahani 2017:687). Sesuatu yang mengikat, seperti besi pelana, tentunya akan bermanfaat atau berguna, bila diikat dengan kuat, atau keras.  Ikatan itu, biasa pula digunakan untuk mengikat orang yang berlaku criminal, dan karena itu, maka sebuah ikatan adalah sesuatu yang menyiksa.

Selasa, 27 Mei 2025

Dalam bulan terakhir ini, ramai perbincangan mengenai pendidikan barak. Biasa saja, pro dan kontra menjadi menu utama obrolan di media sosial. Netizen pendukung dan penolak, secara bersamaan, bercampur memberikan tanggapan terhadap kebijakan Pemda Provinsi Jawa Barat, mengenai pengembalian anak-anak nakal ke Barak, untuk dibina dan dididik.


Tidak mudah untuk memahami pendekatan ini, atau lebih tepatnya, tidaklah sederhana dalam menangani kasus anak nakal ini. Terdapat cukup sisi dan faktor yang bisa dikemukakan, untuk bisa memahami esensi dari pendidikan barak ini.

Namun, untuk dijadikan bahan pertimbangan, tentunya, kita dapat mengajukan pertanyaan, kenapa harus di kebarakkan ? adalah hal ini, sebagai bentuk kritik sosial terhadap ketidakmampuan lembaga pendidikan dalam menangani kenakalan anak-anak ? Ya, tidak mudah untuk memberikan tanggapan terhadap masalah yang diajukan tersebut. Namun demikian, sebagai bahan obrolan, untuk meramaikan jagat maya ini, tidak ada salahnya, kita pun nimbrung obrolan sesuai dengan pemahaman kita kali ini.

Pertama,  kehadiran pendidikan Barak, menunjukkan adanya sisi yang tak berfungsi dalam pendidikan atau pembinaan terhadap karakter peserta didik di lembaga pendidikan formal maupun informal.

Kedua, andai disebut berfungsi, kehadiran anak nakal menunjukkan ketidakmaksimalannya pendidikan karakter di lembaga pendidikan formal dan informal.

Ketiga, bila hendak dikatakan, bahwa lembaga pendidikan formal dan informal sudah menunjukkan usaha yang maksimal, maka dapat diduga belum ditemukannya pendekatan efektif dalam menangani kasus kenakalan anak-anak, yang kemudian melahirkan stigma anak nakal.

Keempat, kehadiran pendidikan Barak memberi kesan bahwa masalah kenakalan dapat digeneralisasi dengan satu teknik yang, yakni  pendidikan Barak. Sementara, dunia pendidikan, khususnya guru dan orangtua, memiliki makna 'kenakalan' secara variasi, sehingga memunculkan pentingnya variasi pendekatan dapat menghadapi anak nakal.

Seperti yang terungkap di media sosial. Ada anak yang tidak shalat berjamaah, disebut anak nakal. Ada yang sering kesiangan disebut anak nakal. Ada yang masuk klub motor, disebut anak nakal. Mereka itu ada yang sudah masuk ke Barak. Namun, masyarakat masih bertanya, adakah anak-anak pelaku tawuran atau huru-hara jalanan dengan kendaraan roda 2, sudah masuk ke pendidikan barak ? 

Terakhir, mari renungkan bersama. Ada yang nakal, karena kurang perhatian. Ada yang nakal karena ingin eksis. Ada yang nakal, karena insting berkuasa dan sombong dihadapan orang lain. Ada yang nakal, karena ingin mendapat kekuasaan. Manakala keragaman kenakalan itu dihapami, dan kemudian diselesaikan dengan pola yang sama, akankah hal ini, malah meniadakan keberagaman latar masalah dalam memahami masalah anak muda ? Bila demikian adanya, akankah pendidikan yng diseragamkan, melahirkan pencerahan dalam memecahkan maslaah anak-anak muda sekarang ini?


Sabtu, 24 Mei 2025

 Posisi sunnah, menjadi bagian penting dalam  narasi Muhammad Syahrur.  Selama ini, seperti yang disampaikan Syahrur,  Sunnah  memiliki posisi keilmuan yang sangat tinggi, yakni dijadikan sebagai rujukan ke dua dalam penyusunan hukum Islam (syari’ah). Dampak dari pandangan ini, melahirkan pemikiran yang memosisikan pesan-dari sebuah hadits sebagai ucapan, atau tindakan yang  harus diikuti umat Islam.


Muhammad Syahrur menawarkan gagasan lain. Dia mengartikan Sunnah bukan pada teks atau ucapan atau tindakannya, tetapi ‘pesan intelektual’ dibalik itu semua. Menurut Syahrur, Sunnah adalah interpretasi Nabi Muhammad Saw terhadap pesan Ilahi dalam al-Qur’an dalam konteks aktualnya. Oleh karena itu, pesan pokok dari Sunnah itu bukan pada berita yang disajikan dalam hadits-nya, melainkan pada semangat ijtihadnya.

Selasa, 20 Mei 2025

Bagi kita, yang baru berkenalan dengan model berpikirnya Muhammad Syahrur, mungkin akan kaget.  Setidaknya, itulah yang penulis rasakan. Menelaah beberapa karya,  baik  yang memanfaatkan metode Syahrur, maupun karya Syahrur sendiri.


Satu diantara, gagasannya itu adalah terkait dengan acuan dan ajuan fondasi pemikirannya, yaitu gagasan mengenai asinonimitas. Dalam pemikiran Syahrur, sebuah kata dalam teks al-Qur’an, memiliki keunikan makna tersendiri, dan bisa dibedakan dari yang lain. Pada karyanya sendiri, menyebut al-Qur’an dengan Tanzil Hakim.

Rabu, 14 Mei 2025

 Dalam al-Qur'an, ada firman Allah Swt yang berbunyi : 

۞ وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ هُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِۗ اِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ 

Kepada (kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa hamba-Nya).”  (Qs. Huud, 11:61)



Apakah kaitannya dengan tugas manusia ? apa kaitannya dengan Geografi ?

Selasa, 13 Mei 2025

Satu sudut pandang, yang kerap kali banyak diabaikan, atau diterlantarkan, adalah pemahaman kita mengenai keselarasan Geografi dan Teologi. Kita tidak menggunakan istilah "dilupakan", tetapi cukup terabaikan, sehingga pemahaman dan kesadaran ini, menjadi terlantar. 


Apa dan mengapa Geografi dan Teologi ?

Senin, 12 Mei 2025

Entahlah. Apakah pertanyaan ini, telat, atau tepat waktu. Dalam narasi ini, penulis sengaja mengajukan pertanyaan, mengenai bagaimana sejarah pemikiran Geografi Indonesia ?  Sekali lagi, kita bermaksud untuk mengetahui sejarah pemikiran Geografi Indonesia, bukan sejarah Geografi Indonesia. 

Untuk pertanyaan yang terakhir, dapat dengan mudah kita temukan sejumlah karya akademik yang mengurai geografi Indonesia. Kita dapat dengan mudah merujuk pada Geologi Indonesia karya van Bemmelen, atau yang serupa itu lagi. Tetapi,  pertanyaan pertama, atau yang diterakan dalam judul narasi ini, dimaksudkan untuk mengetahui sejarah pemikiran Geografi Indonesianya.

JA Katili,  sebagai pakar Geologi dari kampus ITB, memiilki karya induk (babon) yang menjadi rujukan penting bagi pembelajar Geologi Indonesia, dan atau Geografi Indonesia. Karya akademiknya ini, menjadi acuan penting dalam pemikiran-pemikiran Kegeologian di Indonesia. 

Sejak zaman kolonial, dunia persekolahan kita sudah mengenal ilmu Geografi. Walaupun saat itu, masih dinamakannya ilmu bumi Indonesia. Wacana itu, sudah kita kenal bersama.  Dengan kata lain, wacana mengenai kajian Kegeografian Indonesia, di Indonesia, sudah cukup lama kita dapatkan, rasakan, dan pelajari. Sehingga, kita tidak mengalami kesulitan untuk hal yang satu ini. 

Sekali lagi, terkait dengan pertanyaan kita kali ini, masih terbuka untuk diperdebatkan, dan atau malah masih terbuka untuk terus dieksplorasi keberadaannya. 

Mengapa demikian ? 

Pertama, pertanyaan ini mengarah pada eksistensi pemikiran Geografi Indonesia. Sisi yang ditujunya, adalah sosok. Sosok pemikir Geografi yang lahir, dan tumbuhkembang di Indonesia. Tentunya, untuk mengeksplorasi hal ini, kita akan dipaksa untuk mengenali tokoh-tokoh Geografi.  


Bagi generasi tahun 1990-an, tentunya akan menyebutkan dengan cepat J.A Katili (1929-2008), I Made Sandy, Surastopo, Bintarto, atau Nursid Sumaatmadja. Tentunya, lebih banyak lagi, selain nama-nama itu.  Namun demikian, mereka itu, layak dapat diposisikan sebagai salah satu pemegang estafet pemikiran Geografi Indonesia.  Terlebih lagi, bila kemudian mempertimbangkan sejumlah faktor untuk menunjuk seseorang sebagai seorang ahli Geografi.