Just another free Blogger theme

Sabtu, 02 Agustus 2025

Unik  memang, kalau hidup di Indonesia. Setidaknya, seperti untuk minggu ini. Di media sosial, ada berita, bahwa tanggal 18 Agustus akan ditetapkan sebagai hari libur. Istilahnya hari libur tambahan. Bagi sebagian orang, hal itu, akan menjadi berita gembira. Tetapi, bagi sebagian orang,  tidak (atau belum) memberikan dampak nyata dari kebijakan tersebut. 

Lha kok bisa ?


Istilah  libur, pada dasarnya, hanya bermakna libur bagi sebagian orang, atau, bagian  kegiatan tertentu.  Libur, bukan atau tidak sama dengan kegiatan luang yang leluasa, yang bisa digunakan seseorang, atau sekelompok orang untuk menikmati waktu dengan santai.


Dalam tradisi kita, kerap muncul pertanyaan, iman dulu, atau paham dulu ? akankah, kita bisa mengimani sesuatu, bila kita tidak memahaminya ? ataukah, dapatkah kita bisa memahami sesuatu, sebelum mengimaninya ? Dua pertanyaan itu, seakan filosofis, dan masuk dalam tradisi ilmu kalam, dan terus menjadi bahan narasi yang cukup mengganggu pikiran kita.

Namun, bila ditelaah secara seksama, ada satu aspek keberagamaan yang masih belum banyak terungkap. Aspek yang kita maksudkan ini, yakni merujuk pada firman Allah Swt yang berbunyi :

﴿ وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۚوَالرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ لِتُؤْمِنُوْا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ اَخَذَ مِيْثَاقَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ٨ ﴾ ( الحديد/57: 8)

Mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajakmu beriman kepada Tuhanmu? Sungguh, Dia telah mengambil janji (setia)-mu jika kamu adalah orang-orang mukmin.  (Al-Hadid/57:8)

Khitab ayat ini ditujukan kepada orang-orang kafir. Menurut Jalalain  (J. A.- Syuyuthi and Mahalliy 2009), kalimat awal dalam ayat ini, memberi kesan, tidak ada halangan untuk beriman, karena sudah ada Rasul yang hadir di tengah orang kafir. Hanya saja, mengapa mereka tidak beriman ? dalam hal ini, Ibnu Katsir  (Dimasqy 2015) memberi penjelasan bahwa kesan ayat ini dimaksudkan untuk menggali alasan atau faktor penyebab orang kafir tidak mau beriman, padahal ada Rasul menyeru kepada Allah.

Jumat, 01 Agustus 2025

Mencuat sebuah pertanyaan, saat orang-orang menyaksikan adanya pembagian Makanan Bergizi Gratis (MBG) dari Pemerintah. Rakyat yang ada di bawah, khususnya orangtua siswa yang memiliki kemampuan ekonomi yang terbatas, mengajukan pertanyaan, "mengapa tidak dikirimkan saja, uangnya kepada oranangtua, biar kami yang mengatur dan bahkan turut merasakannya?" ujarnya.



Harapan itu, setidaknya disandarkan pada pemikiran, jika anggaran makanan bergizi gratis itu, sebesar (misalnya) 10K, maka satu keluarga Indonesia yang memiliki anak, akan mendapatkan bantuan dari Pemerintah sebesar 300K perbulan. Bila dia memiliki anak sekolah, sebanyak 3 orang (misalnya, ada yang di SD, SMP dan SMA),  maka setidaknya dalam satu bulan satu keluarga akan mendapat subsidi pendidikan sebesar 900K / bulan untuk perbaikan gizi keluarganya. Tentunya, jika di masak di rumah, maka makanan bergizi itu, bukan hanya dinikmati oleh 3 anaknya, tetapi dengan kedua orangtuanya sendiri.

Minggu, 27 Juli 2025

 


Minggu kemarin, tepatnya hari kamis, kami dengan beberapa orang menyengaja melakukan survey. Lokasi yang dituju, didapat dari media sosial. Lagi viral. Merujuk berita di media sosial itu, lokasinya indah. Ada Sungai yang bisa digunakan body rafting. Ada air terjunnya, ada Lokasi bumi perkemahan. Tentunya, ada yang jualan makanan instan di kawasan wisata perkemahan. Hutan yang indah, dengan tetanaman yang beragam, enak di dipandang, dan indah. Instagramable, menurut anak gaul saat ini.

Bisa dibayangkan. Dari Lokasi tempat tinggal kami ini, jaraknya kurang lebih 30 km atau menghabiskan waktu kurang lebih 1,15 menitan. Tentunya, dengan laju kendaraan yang standar. Bila macet, dan laju kendaraannya lambat bisa lebih lama dari itu, apalagi kalau bannya bocor, di tambah jajan-jajan dulu ditengah jalannya. Sedangkan bila laju kecepatannya tinggi, bisa melaju lebih cepat dari yang diduga oleh google maps.

Jumat, 25 Juli 2025

Kadang kita, umat Islam, merasa berpikiran maju. Walau memang, ada sejumlah pikiran maju dan kemajuan yang dilahir di zaman kita, namun pengakuan serupa itu, kadang tidak seluruhnya benar. Sekali lagi, tidak seluruhnya benar, walau ada hal-hal orisinal yang lahir di zaman modern ini. Hal itu, disebabkan, karena sejumlah ide dan gagasan modern, ternyata sudah lahir juga dalam  khazanah pemikiran pemikir kita di masa lampau.


Tanpa bermaksud menafikan pemikiran-pemikiran modern. tetapi, dalam dunia keilmuan pun, sudah terbiasa adanya. Misalnya, sejumlah kajian modern kerap kali mengutip satu atau sejumlah pendapat dari pemikir-pemikir klasik, bahkan pemikir yang lahir pada tahun-tahun sebelum masehi, misalnya ke pemikir-pemikir dari kebangsaan Yunani. Hal itu menunjukkan bahwa kualitas pemikiran dan orisinalitas pemikiran itu, kerap kali berkesinambungan (bersanad) terhadap pemikiran pemikir masa silam.  

Minggu, 29 Juni 2025

 


Kembali pada kasus adik kecil kita di rumah. Sewaktu dia tidak mendapatkan sesuatu hal yang diinginkannya, dan kemudian ibundanya atau ayahandanya menawarkan pemuas yang lain, yang memiliki daya tarik yang lebih buruk daripada yang diinginkannya, si adik kecil itu selanjutnya meredakan tangisan, dan menggapai tawaran dari orangtuanya tersebut.

Kasus ini memberikan petunjuk kepada kita, dalam konteks tertentu, setiap orang memiliki peluang yang terbuka, untuk bisa mengkonversi kesedihannya ke dalam bentuk lain.  Seperi halnya, si adik kecil, kesedihan tidak mendapatkan es cream, dikonvesi dengan diajak bermain congklak oleh ibundanya, atau tidak terwujudnya harapan untuk mendapatkan coklat, bisa dikonversi dengan mendapatkan mangga dari pohon di depan rumahnya.

Sabtu, 28 Juni 2025

 


Kesedihan. Sebuah kata, yang kerap menjadi bagian dari kehidupan seseorang. Tidak ada manusia yang tidak pernah merasakan kesedihan. Anak kecil, remaja, dewasa, laki atau Perempuan, pernah merasakan kesedihan. Entah itu kesedihan yang disebabkan karena perbuatan sendiri, atau karena ada factor luar yang menyebabkan munculnya kesedihan.

Terkait hal inilah, kemudian muncul harapan, atau kebutuhan manusia, sudah dipastikan semua orang akan memiliki harapan yang sama, yakni bagaimana menghalau kesedihan menjauh dari dirinya. Bagaimana kita, bisa menghapus kesedihan tersebut ?

Rabu, 25 Juni 2025

Manusia adalah hewan berbicara (animalia loquentia) atau hewan komunikatif (animalia communicative). Dalam mewujudkan dan mengekspresikan kebutuhannya, manusia senantiasa melakukan komunikasi baik dengan dirinya, orang lain, maupun Tuhannya.

Bagaimana jadinya, jika seseorang mengalami hambatan dalam komunikasi ?


Sebagai contoh, seorang guru sedang melakukan pembelajaran kepada peserta didik. Dia menyampaikan informasi dan ragam nasihat kepada peserta didiknya. Setelah waktu berjalan, proses pembelajaran dianggap sudah selesai, kelakukan dan kinerja peserta didik malah menunjukkan hal yang sebaliknya dengan yang diajarkan atau disampaikan sang guru tersebut ?  Saat dikonfirmasi, sang guru malah mendapatkan resppon yang kurang baik dari peserta didiknya, misalnya peserta didik melakukan tindak perlawanan atau penolakan terhadap apa yangdiharapkan sang guru. Apa yang akan terjadi pada guru tersebut ?

Selasa, 24 Juni 2025

 Bila kita berhadapan dengan 2 ayat surat Mujadillah, dan atau yang sejenis ini, kita akan menemukan kesan dan pesan Ilahiah mengenai konsekuensi fiqh Islam. Konsekuensi fiqh Islam yang kita maksudkan itu, yang menawarkan prinsip opsional.


Terhadap sebuah pelanggaran, yang dilakukan hamba-Nya, Allah Swt tidak secara kaku menetapkan satu jenis sanksi atau konsekuensi. Dalam beberapa kasus, kerap menunjukkan kearifan dan kebijakannya, yang dilandasi nilai Rahman-Rahim Allah Swt, yakni memberikan pilihan sanksi kepada hamba-Nya, sesuai dengan kemampuannya.

Senin, 23 Juni 2025

  

﴿ ۞ قُلْ اِنَّمَآ اَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍۚ اَنْ تَقُوْمُوْا لِلّٰهِ مَثْنٰى وَفُرَادٰى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوْاۗ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِّنْ جِنَّةٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ لَّكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ ٤٦ ﴾ ( سبأ/34: 46)

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku hendak menasihatimu dengan satu hal saja, (yaitu) agar kamu bangkit karena Allah, baik berdua-dua maupun sendiri-sendiri, kemudian memikirkan (perihal Nabi Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu bahwa di hadapanmu ada azab yang keras.”  (Saba'/34:46)

Bismillahhirrahmanirrahim.  Firman Allah Swt ini, memberi kesan dan pesan kepada kita, mengenai ‘pentingnya sikap tegas’ pada setiap muslim. Di penggalan pertamanya, jelas memberikan pesan kepada kita mengenai satu pesan utama dari Rasulullah Saw, yakni “Bangkit Demi Allah”.



Qum Lillah. Bangkit demi Allah. Pesan utama dan pesan tegas, pentingnya ketegasan sikap seorang muslim dalam menghadapi kehidupan ini. Qum Lillah, baik secara berdua-duan, atau sendirian. Qum Lillah, bisa dilakukan secara kolektif, dan perlu dilakukan secara terorganisasi atau berjamaah. Tetapi, andaipun hal ini tidak bisa dilakukan, karena orang lain tidak  mau atau tidak mampu untuk melakukannya, maka Qum Lillah, bisa ditegak dan dilakukan secara sendirian.

Sabtu, 31 Mei 2025

Anak ‘nakal’ atau kenakalan remaja, adalah istilah yang popular di tengah Masyarakat kita. Di jawa Barat, malah ada sebutan, anak nakal bisa dibarakkan. Maksudnya, anak nakal ada potensi untuk dididik di sistem pendidikan barak, yang bertempat di lembaga pendidikan militer. Sistem dan budayanya,  mungkin bisa disebut militer, tetapi tidak militeristik. Andaipun disebut semi-militer pun, tidaklah tepat. Karena, prinsip-prinsip pembelajarannya, tetap mengacu pada upaya membangun kedisiplinan kepada generasi muda, tanpa dimasuki ideologi kemiliteran yang sifatnya doktrin atau komando.


Sepanjang apapun tulisan diatas, tetap saja, melahirkan pro kontra.  Kesempatan ini, kita tetap, tidak akan masuk pada wilayah pro kontra tersebut.  Konten yang dimaksud dalam narasi kali ini, lebih disebabkan karena kepenasaran diri, terhadap konsep “nakalan” yang ada dalam al-Qur’an, dan baru sadar, pentingnya untuk melakukan kajian terhadap konsep tersebut.

Meminjam catatan Asfahani, kata nakala mengandung dua makna pokok, yaitu (1) jika diterapkan pada kalimat “nakala ani syai-in, artinya ‘ia lemah terhadap sesuatu’, sedangkan kata ‘naklun’, artinya ikatan pada Binatang melatan, atau besi pelana. Pada makna yang kedua itu, kata naklan ada sesuatu yang mengikat (Ashfahani 2017:687). Sesuatu yang mengikat, seperti besi pelana, tentunya akan bermanfaat atau berguna, bila diikat dengan kuat, atau keras.  Ikatan itu, biasa pula digunakan untuk mengikat orang yang berlaku criminal, dan karena itu, maka sebuah ikatan adalah sesuatu yang menyiksa.

Selasa, 27 Mei 2025

Dalam bulan terakhir ini, ramai perbincangan mengenai pendidikan barak. Biasa saja, pro dan kontra menjadi menu utama obrolan di media sosial. Netizen pendukung dan penolak, secara bersamaan, bercampur memberikan tanggapan terhadap kebijakan Pemda Provinsi Jawa Barat, mengenai pengembalian anak-anak nakal ke Barak, untuk dibina dan dididik.


Tidak mudah untuk memahami pendekatan ini, atau lebih tepatnya, tidaklah sederhana dalam menangani kasus anak nakal ini. Terdapat cukup sisi dan faktor yang bisa dikemukakan, untuk bisa memahami esensi dari pendidikan barak ini.

Namun, untuk dijadikan bahan pertimbangan, tentunya, kita dapat mengajukan pertanyaan, kenapa harus di kebarakkan ? adalah hal ini, sebagai bentuk kritik sosial terhadap ketidakmampuan lembaga pendidikan dalam menangani kenakalan anak-anak ? Ya, tidak mudah untuk memberikan tanggapan terhadap masalah yang diajukan tersebut. Namun demikian, sebagai bahan obrolan, untuk meramaikan jagat maya ini, tidak ada salahnya, kita pun nimbrung obrolan sesuai dengan pemahaman kita kali ini.

Pertama,  kehadiran pendidikan Barak, menunjukkan adanya sisi yang tak berfungsi dalam pendidikan atau pembinaan terhadap karakter peserta didik di lembaga pendidikan formal maupun informal.

Kedua, andai disebut berfungsi, kehadiran anak nakal menunjukkan ketidakmaksimalannya pendidikan karakter di lembaga pendidikan formal dan informal.

Ketiga, bila hendak dikatakan, bahwa lembaga pendidikan formal dan informal sudah menunjukkan usaha yang maksimal, maka dapat diduga belum ditemukannya pendekatan efektif dalam menangani kasus kenakalan anak-anak, yang kemudian melahirkan stigma anak nakal.

Keempat, kehadiran pendidikan Barak memberi kesan bahwa masalah kenakalan dapat digeneralisasi dengan satu teknik yang, yakni  pendidikan Barak. Sementara, dunia pendidikan, khususnya guru dan orangtua, memiliki makna 'kenakalan' secara variasi, sehingga memunculkan pentingnya variasi pendekatan dapat menghadapi anak nakal.

Seperti yang terungkap di media sosial. Ada anak yang tidak shalat berjamaah, disebut anak nakal. Ada yang sering kesiangan disebut anak nakal. Ada yang masuk klub motor, disebut anak nakal. Mereka itu ada yang sudah masuk ke Barak. Namun, masyarakat masih bertanya, adakah anak-anak pelaku tawuran atau huru-hara jalanan dengan kendaraan roda 2, sudah masuk ke pendidikan barak ? 

Terakhir, mari renungkan bersama. Ada yang nakal, karena kurang perhatian. Ada yang nakal karena ingin eksis. Ada yang nakal, karena insting berkuasa dan sombong dihadapan orang lain. Ada yang nakal, karena ingin mendapat kekuasaan. Manakala keragaman kenakalan itu dihapami, dan kemudian diselesaikan dengan pola yang sama, akankah hal ini, malah meniadakan keberagaman latar masalah dalam memahami masalah anak muda ? Bila demikian adanya, akankah pendidikan yng diseragamkan, melahirkan pencerahan dalam memecahkan maslaah anak-anak muda sekarang ini?


Sabtu, 24 Mei 2025

 Posisi sunnah, menjadi bagian penting dalam  narasi Muhammad Syahrur.  Selama ini, seperti yang disampaikan Syahrur,  Sunnah  memiliki posisi keilmuan yang sangat tinggi, yakni dijadikan sebagai rujukan ke dua dalam penyusunan hukum Islam (syari’ah). Dampak dari pandangan ini, melahirkan pemikiran yang memosisikan pesan-dari sebuah hadits sebagai ucapan, atau tindakan yang  harus diikuti umat Islam.


Muhammad Syahrur menawarkan gagasan lain. Dia mengartikan Sunnah bukan pada teks atau ucapan atau tindakannya, tetapi ‘pesan intelektual’ dibalik itu semua. Menurut Syahrur, Sunnah adalah interpretasi Nabi Muhammad Saw terhadap pesan Ilahi dalam al-Qur’an dalam konteks aktualnya. Oleh karena itu, pesan pokok dari Sunnah itu bukan pada berita yang disajikan dalam hadits-nya, melainkan pada semangat ijtihadnya.

Selasa, 20 Mei 2025

Bagi kita, yang baru berkenalan dengan model berpikirnya Muhammad Syahrur, mungkin akan kaget.  Setidaknya, itulah yang penulis rasakan. Menelaah beberapa karya,  baik  yang memanfaatkan metode Syahrur, maupun karya Syahrur sendiri.


Satu diantara, gagasannya itu adalah terkait dengan acuan dan ajuan fondasi pemikirannya, yaitu gagasan mengenai asinonimitas. Dalam pemikiran Syahrur, sebuah kata dalam teks al-Qur’an, memiliki keunikan makna tersendiri, dan bisa dibedakan dari yang lain. Pada karyanya sendiri, menyebut al-Qur’an dengan Tanzil Hakim.

Rabu, 14 Mei 2025

 Dalam al-Qur'an, ada firman Allah Swt yang berbunyi : 

۞ وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ هُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِۗ اِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ 

Kepada (kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa hamba-Nya).”  (Qs. Huud, 11:61)



Apakah kaitannya dengan tugas manusia ? apa kaitannya dengan Geografi ?

Selasa, 13 Mei 2025

Satu sudut pandang, yang kerap kali banyak diabaikan, atau diterlantarkan, adalah pemahaman kita mengenai keselarasan Geografi dan Teologi. Kita tidak menggunakan istilah "dilupakan", tetapi cukup terabaikan, sehingga pemahaman dan kesadaran ini, menjadi terlantar. 


Apa dan mengapa Geografi dan Teologi ?

Senin, 12 Mei 2025

Entahlah. Apakah pertanyaan ini, telat, atau tepat waktu. Dalam narasi ini, penulis sengaja mengajukan pertanyaan, mengenai bagaimana sejarah pemikiran Geografi Indonesia ?  Sekali lagi, kita bermaksud untuk mengetahui sejarah pemikiran Geografi Indonesia, bukan sejarah Geografi Indonesia. 

Untuk pertanyaan yang terakhir, dapat dengan mudah kita temukan sejumlah karya akademik yang mengurai geografi Indonesia. Kita dapat dengan mudah merujuk pada Geologi Indonesia karya van Bemmelen, atau yang serupa itu lagi. Tetapi,  pertanyaan pertama, atau yang diterakan dalam judul narasi ini, dimaksudkan untuk mengetahui sejarah pemikiran Geografi Indonesianya.

JA Katili,  sebagai pakar Geologi dari kampus ITB, memiilki karya induk (babon) yang menjadi rujukan penting bagi pembelajar Geologi Indonesia, dan atau Geografi Indonesia. Karya akademiknya ini, menjadi acuan penting dalam pemikiran-pemikiran Kegeologian di Indonesia. 

Sejak zaman kolonial, dunia persekolahan kita sudah mengenal ilmu Geografi. Walaupun saat itu, masih dinamakannya ilmu bumi Indonesia. Wacana itu, sudah kita kenal bersama.  Dengan kata lain, wacana mengenai kajian Kegeografian Indonesia, di Indonesia, sudah cukup lama kita dapatkan, rasakan, dan pelajari. Sehingga, kita tidak mengalami kesulitan untuk hal yang satu ini. 

Sekali lagi, terkait dengan pertanyaan kita kali ini, masih terbuka untuk diperdebatkan, dan atau malah masih terbuka untuk terus dieksplorasi keberadaannya. 

Mengapa demikian ? 

Pertama, pertanyaan ini mengarah pada eksistensi pemikiran Geografi Indonesia. Sisi yang ditujunya, adalah sosok. Sosok pemikir Geografi yang lahir, dan tumbuhkembang di Indonesia. Tentunya, untuk mengeksplorasi hal ini, kita akan dipaksa untuk mengenali tokoh-tokoh Geografi.  


Bagi generasi tahun 1990-an, tentunya akan menyebutkan dengan cepat J.A Katili (1929-2008), I Made Sandy, Surastopo, Bintarto, atau Nursid Sumaatmadja. Tentunya, lebih banyak lagi, selain nama-nama itu.  Namun demikian, mereka itu, layak dapat diposisikan sebagai salah satu pemegang estafet pemikiran Geografi Indonesia.  Terlebih lagi, bila kemudian mempertimbangkan sejumlah faktor untuk menunjuk seseorang sebagai seorang ahli Geografi.

Jumat, 11 April 2025

Banyak sudut pandang  yang bisa menjelaskan mengenai hal ini (Husain 2015; Sudarma 2016, 2018, 2019).  Ragam pandangan itu, sudah ada yang bisa dijadikan pijakan keilmuan, dan ada pula yang masih terus menjadi narasi kritis dan koreksi dari kalangan ilmuwan. Tentunya, kondisi ini adalah hal biasa, dan tidak perlu dijadikan sebagai sebuah kekhawatiran. Sebagai sebuah disiplin ilmu, dinamika  keilmuan dan dialektika pemikiran tersebut, merupakan satu keniscayaan, dan sulit dihindari.

Kendati sudah melewati ragam tahapan dan fase perkembangan keilmuan, Hasrat bertanya mengenai hakikat Geografi, tetap muncul dan mengemuka. Bukan saja, di lingkungan ilmiah (kampus akademik). Narasi ini, bahkan sering muncul dalam konteks kebutuhan


praktis di Lembaga pendidikan dasar dan menengah.

Anak-anak di Lembaga pendidikan dasar dan menengah, kerap mengajukan pertanyaan, apa itu Geografi ?  Pertanyaan ini, sangat mendasar, tetapi juga kritis, dan bahkan menyentuh nalar-akademik dari setiap pemilik informasi kegeografian. Setidaknya, mari kita bincangkan di sini, apa respon kita terhadap pertanyaan itu ? 

Sabtu, 22 Maret 2025



Persekongkolan jahat atau kerjasama kejahatan, merupakan salah satu kejahatan yang mendapat perhatian dalam Islam. Umat Islam, sejatinya sudah mendapat peringatan akan terjadinya fenomena persekongkolan kejahatan ini. Sayangnya, memang, kadang kita tidak paham, atau gagal paham terhadap Gerakan dan gejala  kejahatan serupa ini.

Bila dicermati dengan seksama, kita bisa menemukan setidaknya ada lima strategi kerjasama kejahatan yang disinyalir dalam al-Qur’an.

Selasa, 18 Maret 2025

Setiap bulan suci Ramadhan, kita kerap kali mendengar lantunan ayat 183 surat Al-Baqarah. Ayat ini sangat popular dibanding ayat lainnya tentang shaum Ramadhan, dan menjadi rujukan utama dalam pelaksanaan ibadah shaum di bulan Ramadhan. Firman Allah Swt ini, berbunyi :

﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣ ﴾ ( البقرة/2:183)

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al-Baqarah/2:183)




Untuk konteks hari ini, kita akan memanfaatkan analisis struktur-pesan dalam firman Allah Swt, kemudian diterapkan dalam konteks manajemen stategik. Walaupun kita, sesungguhnya tidak melakukan kajian-kepustakaan yang intensif terkait hal ini, namun diharapkan dapat membantu menjelaskan dan membuka cakrawala baru dalam memahami pesan-pesan ilahi yang ada dalam kitab suci al-Qur'an.

Selasa, 04 Maret 2025

Tidak boleh terburu-buru. Itulah kata pertama, yang perlu disampaikan di sini. Hal ini perlu disampaikan dengan maksud, supaya kita, bisa bersama-sama untuk bersikap hati-hati.  Bukan hanya, saya sebagai penulis yang perlu hati-hati, tetapi juga para pembaca pun, diharapkan bisa berhati-hati. Tidak terburu-buru.


Ada dua hal yang dimaksud dengan tidak boleh terburu-buru itu. Pertama, tidak boleh terburu-buru membacanya, supaya tidak salah paham.  Karena kadang  kali, salah-paha, dibawali dari ketijelian kita saat membaca. Akibat ada konsep atau makna yang tak tertangkap, kemudian seeorang bisa saja melangakami salah  baca. Oleh karena itu, kita perlu hati-hati saat membacanya.

Senin, 03 Maret 2025

 Dalam kajian tafsir, ada beberapa perbedaan mencolok yang biasa dilakukan. Perbedaan yang kita maksudkan itu, adalah pengelompokkan paket analisis saat menjelaskan forman Allah Swt, terkait shaum Ramadhan ini.



Imam Thabari, dalam tafsirnya, tampak konsisten dengan polanya sendiri. Setiap ayat dibahas satu persatu secara berurutan (tafshili).

Ibnu Katsir, misalnya, memisahkan keempat ayat ini menjadi tiga bagian. Bagian pertamanya, yaitu ayat 183-184, kemudian 185, dan paket analisis terakhirnya yaitu ayat 186 surat Al-Baqarah. Pola ini, serupa dengan yang dilakukan Imam Qurthubi, Quraish Shihab, dalam tafsir al-Misbah, dan Imam Asy-Syaukani dalam Fathul Qadirnya.

Minggu, 02 Maret 2025

Menarik untuk ditelaah dengan seksama. Di bulan suci Ramadhan ini, kita melakukan koreksi besar-besaran terhadap tradisi atawa kebiasaan konsumtif kita. Dan, dari pengalaman inilah, kita pun menemukan adanya kebutuhan untuk eat, un-eat, dan re-eat. Apa makna dibalik konsep-konsep tersebut ?



Betul. Konsep pertama, eat atawa makan, yang kita  maksudkan adalah mengkonsumsi sesuatu yang kita butuhkan. Misalnya, karbohidrat, protein, sayuran atau nutrisi yang lainnya. Hal yang kita sebutkan tadi, yang merupakan bagian dari kebutuhan hidup kita, untuk mendukung kebugaran, dan Kesehatan tubuh kita, merupakan sesuatu yang perlu dikonsumsi. Itulah eat (makan/atau makanan).

Sabtu, 01 Maret 2025

Tidak langsung tampak. Atau, setidaknya, tidak langsung sadar.  Tidak semua orang, diantara kita menyadari adanya gejala yang menguat, antara fenomena brain rot, dengan kelakuan kita di bulan suci Ramadhan. Tentunya, tidak semua orang melihat dan merasakan hal serupa ini. Bahkan, bisa jadi, pandangan ini pun, tidak tepat seluruhnya. Lebih merupakan satu opini subjektif dari seseorang yang mengalami kesepian di tengah praktek ramadhan tahun ini.

Namun, bila ditelaah dengan seksama, dan kita melihatnya secara 'kasuistik' satu persatu, untuk kemudian digeneralisasi, mungkin, hubungan antara ketiga hal tersebut, tampak menguat di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita saat ini.

Seperti biasa. Ibadah shalat tarawih, jumlahnya tidak banyak berubah. Masih dikisaran 11- atau 23 rakaat. Kedua pilihan itu, bergantung pada mazhab pemikirannya masing-masing. Dua pola itulah yang selam aini, tumbuhkembang ditengah masyarakat kita. Hal yang membedakan, adalah yang cenderung formalitas,mengejar jmlah, tanpa dipikirkan menegnai ketenangan,  ketumakninah, atau kekhusuyuan. Itulah yang tampak dalam beberapa praktek ibadah tarawih, yang seakan berada ditengah-tengah 'perlombaan shalat tarawih'.


Gejala seperti ini, kiranya, dapat disebut sebagai bibit lahirnya pembusukan-peribadahan (worship rot).

Ada yang menarik. Shaum Ramadhan disyari'atkan dalam Islam, yaitu tahun ke-2 Hijriah. Kemudian Rasulullah Muhammad Saw wafat, tahun ke-11 Hijriah. Artinya, Rasulullah Muhammad Saw hanya 8 kali mengalami dan menjalani shaum Ramadhan.



Persoalannya, hanya dengan 8 kali Ramadhan, Rasulullah mampu menampilkan diri sebagai insan kamil (manusia sempurna). Sementara, kita sekarang ini, sudah berapa kali Ramadhan kita  jalani dan alami ? sudah berapa idul fitri kita alami dan jalani, dan bagaimana kualitas kepribadian kita hari ini ?

Kamis, 13 Februari 2025

Di ruang belajar, seorang anak bertanya, mana yang lebih efektif, pola efisiensi Vietnam atau Indonesia ? 


Pertanyaan sederhana, namun mendalam. Bagi sebagian pemerhati, mungkin memandang pertanyaan itu, terlalu sederhana atau disederhanakan. Tetapi bagi kita, melihat perkembangan zaman,  hari ini, di negeri kita ini, bisa jadi, ada beberapa oint penting, yang bmemang benar-benar perlu dikaji dengan seksama.

Jumat, 07 Februari 2025

Konsep ini sudah beredar di tengah dunia pendidikan. Deep  learning. Sekali lagi, kita masih terus membincangkan masalah ini dengan maksud untuk menjelaskan duduk persoalannya, sehingga kita bisa memahami apa yang perlu dilakukan dunia pendidikan di masa-masa yang akan datang.



Khusus bagi mereka yang memiliki waktu luang, rasanya dapat melakukan kajian mengenai struktur berpikir sistem, subsistem dan teknik operasional. Berpikir sistem, ranahnya bersifat global. Kurikulum 2013 dan atau Kurikulum Merdeka, dapat diposisikan konsep yang mengarah pada pemikiran sistem, atau global. Kurikulum 2023, yang menekankan pada sis kompetensi, akan menuntut pada penguatan pembelajaran  yang mengarha pada kompetensi itu sendiri.

Jumat, 24 Januari 2025

Bagaimana kita memahami jenis-jenis pembayaran ? selain yang sudah dimafhumi bersama, khususnya dalam buku paket pembelajaran SMA kelas X, kita dapat menemukan ada sudut pandang lain, mengenai jenis-jenis pembayaran. Hal in perlu disampaikan, karena melihat sudut pandang yang berbeda dari pemahaman umum yang sudah tertera dalam buku teks dimaksud.


Sudut pandang yang kita maksudkan ini, adalah sistem pembayaran dari interaksi-kelembagaan yang terkait, atau terlibat dalam proses pembayaran itu. Dengan memahami gejala ini, dapat dijelaskan ada tiga jenis sistem pembayaran.

Jumat, 10 Januari 2025

Dalam minggu ini, kita dihadapkan pada berita yang sungguh luar biasa. Menyentuh perasaan, dan menyentak pikiran. Bagaimana tidak ?


Diberitakan, seorang anak dengan kondisi fisik difabel, tuna netra, istilah lainnya buta. Kemudian latar belakang ekonomi, maaf (ayah berprofesi sekedar tukang tambal ban, dan ibu rumah tangga), namun mampu menyelesaikan pendidikan program Kebijakan Publik jenjang Magister di Universitas Airlangga. 

Sabtu, 04 Januari 2025

Banyak orang yang menantikan, sebuah kejutan baru di awal tahun 2025.  Kejutan-kejutan dimaksud, adalah kejutan politik, yang diharapkan menjadi momentum untuk kebangkitan bangsa Indonesia ke depan. 

Tak Terkejut dengan Kejutan (sumber : bing.com/pribadi)

Adalah menjadi sesuatu hal yang wajar, manakala, sebagian besar dari kita mengharapkan hadirnya sebuah kejutan-kejutan politik, policy atau sejenisnya, yang bisa memberikan harapan besar kepada seluruh rakyat Indonesia. Walau demikian pula, mungkin adalah wajar dan alamiah, manakala, hanya segelintir orang yang peduli dengan kejutan itu, dan atau malah hanya segelintir orang yang tidak menantikan kejutan itu. Proporsi dan sikapnya adalah bagian dari sikap politik terhadap kondisi dan masa depan bangsa Indonesia.

Rabu, 01 Januari 2025

Di momen seperti hari ini, banyak orang yang menunjukkan kesukacitaan. Bentuk atau wujudnya, sudah tentu dalam ragam rupa.  Ada  yang dengan bercengkrama dengan anggota keluarga, dan ada pula yang melakukan perjalanan ke satu tempat yang dianggapnya mampu memberikan suasana khas dalam perayaan tahun baru ini. Namun demikian, di sela-sela kesukacitaan itu, muncul sebuah pertanyaan eksistensial. Khususnya, pada saat kita mengatakan, atau mendengar kalimat serupa ini : 

 pada momen tahun baru ini, Kita mengawali hal baru, atau mengakhiri hal yang lama.

Dua kalimat "mengawali hal baru, atau mengakhiri hal lama", seakan memiliki makna yang  berbeda. Tetapi uniknya, kedua pernyataan itu, secara fenomenologis, eksis di ruang-waktu yang sama, yaitu saat itu, saat kalimat tadi dinyatakan seseorang.