Just another free Blogger theme

Sabtu, 23 November 2024

Paparan ini menjelaskan mengenai tahapan perubahan pengaruh, mulai dari membaca, merasa, berpikir, bertindak sampai pada karakter. Dengan merujuk pada pertanyaan, mengapa ayat 1-5 surat al-Alaq, menjadi firman Allah Swt pertama dan utama dihadirkan dalam perjalanan keadaban umat Islam ?


Bahan Renungan

Apa yang kita rasakan, saat melihat bencana ? sebelum memikirkan sesuatu, setidaknya hal pertama, akan muncul dalam emosi kita rasa kasihan, atau sedih, empati yang mendalam kepada  korban bencana. Rasa itu, bisa jadi,  tidak begitu kuat, manakala kita tidak melihat fakta di lapangan. Dengan mengamati fakta di lapangan, kita bisa merasakan pengaruh hasil penglihatan.

Bahan renungan

Pada setiap Ramadhan, setiap muslim diajak untuk melaksanakan ibadah shaum, sebulan penuh lamanya. Saat melaksanakan shaum, selama hampir 12 jam (di Indonesia), setiap muslim akan merasakan lapar, dahaga, dan tuntutan serius untuk menjaga hawa nafsu. Hikmah yang penting dari pengalaman ini, setidaknya, dari pengalaman emosional atau subjektif tentang shaum itu, akan mampu mendorong sikap empati dan peduli kepada orang tak beruntung, fakir miskin, atau lingkungan sekitarnya.


Narasi ini merupakan bahan yang disampaikan dalam pengajian di Majlis Ta'lim Masjid Manunggal Palasari VIjayakusuma Cibiru, kota Bandung.   



Selasa, 19 November 2024

Mungkin ini, sekedar komentar pinggiran. Tak bermaksud untuk mengulas sejarah atau konsep mengenai deep learning. Tersebab, konsep deep learning itu, bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan, pemikiran atau sejarah intelektualitas. Setidaknya, itulah yang dapat kita simpulkan dari pemikiran Ian Goodfelow, dkk (2016). Dalam pandangannya itu, pemikiran mengenai deep learning sudah berevolusi, setidaknya sejak 1940-an.



Saat ini, masyarakat kita, khususnya dunia pendidikan, sedang diramaikan dengan bincangan mengenai rencana baru Kementerian pendidikan dasar dan menengah. Mereka sedang menggodok rancangan kurikulum deep  learning, yang diharapkan akan meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan di Indonesia.

Minggu, 17 November 2024

Salah satu dari khazanah ilmu manajemen, yakni mengenai dimensi kompetensi.  Aspek ini, mungkin kurang mendapat perhatian serius dalam dunia pendidikan, karena kerap  kali tenaga pendidik atau kependidikan  lebih  memperhatikan domain kompetensi, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan (skills).   Selain gagasan itu, kita masih jarang untuk mengulasnya.



Dalam konteks inilah, kita mencoba menelaah dan menerapkan konsep dimensi kompetensi ke dalam praktek pendidikan. Ulasan yang akan kita sampaikan di sini, lebih  merupakan implementasi konsep dimensi kompetensi ke dalam praktek pendidikan. Oleh karena itu, penguatan konsep dan teorinya, penulis sarankan dapat dirujuk kembali ke sumber yang  lebih adekuat.

Sudah menjadi pengalaman rutin. Ritual lima tahunan, dunia pendidikan kita, akan dihadapkan dengan situasi transisi. Isu perubahan kurikulum,  kerap menghampiri, bersamaan dengan perubahan rezim di tingkat nasional. Seperti yang terjadi hari ini.



Apa soalan yang kerap ada di lapangan ? 

Satu diantara soalan yang kita maksudkan itu, adalah proses pembelajaran atau penguatan kompetensi bersifat on-going, sedangkan kurikulum sudah berubah, dan berubah lagi. Seperti yang terjadi dalam lima tahun terakhir.

Kamis, 31 Oktober 2024



Bila dalam paparan sebelumnya, kita menemukan gejala rasionalitas ekonomi alamiah (natural economic rationality), maka tentunya, akan menuntun kepada kita untuk menelaah tindakan ekonomi dalam kategori yang lain. Hal ini, tentunya berkaitan erat dengan perilaku ekonomi atau perilaku pasar itu sendiri.

Pada akhir-akhir ini (2024), ditemukan ada indikasi perilaku ekonomi yang unik, tetapi mengkhawatirkan Masyarakat dunia, khususnya di negara maju seperti Amerika Serikat. Perilaku yang ditunjukkan anak-anak milenial ini, yaitu dome spending. Meminjam penjelasan di dunia maya (Sider Fusion, 20/10/2024), dome spending merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengeluaran yang berlebihan yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk stres dan tekanan sosial, seperti yang sering ditampilkan di media sosial. Hal ini merujuk pada pembelanjaan impulsif yang dapat memengaruhi keuangan seseorang.

Senin, 28 Oktober 2024

 Eta budak. Beunceuh. Tina dedegan, paripolah tur laku lampahna, tacan manjing sakola. Eh, aya oge cenah mah, nu tos sakola di SD. Aya nu kelas 1, nu lain-lainna deui mah di PAUD atawa Raudhatul Athfal,  sakola agama nu di ayakeunna di masjid, tajug atau langgar.



Eta ku resep, ningal barudak beunceuh kitu. Ngariung limaan dihareupeun golodog. Sakapeng mah, sasapedaan, sakapeung ngan ukur ngariung cinuntrung bari gutreng. Lain ngawangkong, da nu puguh mah gutreng gaya budak  jaman kiwari. Naon deui coba ? nya kitu tea, taya lian, ngariung ngobrol sabulangbentor bari nyenyekel hape nu keur maenkeun game kameumeutna sewang-sewangan.

Selasa, 22 Oktober 2024

Apakah pertanyaan ini, masuk kategori lebay ? atau, phobia ? tentunya, tidak demikian. Dengan ajuan pertanyaan seperti ini saja, menunjukkan bahwa pencarian kesadaran dan pengetahuan, khususnya mengenai arah peradaban manusia ini, memberikan indiaksi adanya kesadaran kolektif yang harus disikapi bersama.

Bagi sebagian orang, persoalan agama, bisa jadi dianggap, sebagai sesuau yang sifatnya privacy atau subjektif, dan urusan personal. Tetapi, bagian sebagian orang, persoalan itu justru adalah persolan publik yang harus dinarasikan bersama, sehingga terjalin sebuah komunikasi harmini antar kelompok dan lintas kelompok.

Senin, 21 Oktober 2024

Sebelumnya, kadang merasa cuek atau menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa saja, bila ada orang panik, karena ketinggalan ponsel atau smartphone. Kejadian itu, sering terjadi pada anak-anak milenial, atau orangtua yang bergaya milenial. Mereka merasa dan menganggapnya, bahwa smarthphone merupakan salah satu ‘teman hidup’ yang tidak bisa dipisahkan, dan tak berjauhan.



Pagi ini, pun demikian adanya. Beberapa peserta didik, tertidur di kelas. Baru saja, pembelajaran  berjalan beberapa menit, di jam pertama itu, orang tersebut sudah tampak tak kuasa  menahan kantuk, dan kemudian terlelap di kelas. Tak lama, setelah jam pembelajaran pertama di buka.

Sabtu, 19 Oktober 2024


Bila kalian memiliki kebutuhan untuk belajar di sekolah, misalnya butuh tas sekolah atau sepatu sekolah, kemudian menyampaikannya kepada orangtuamua, apakah kebutuhan belajarmu itu langsung bisa dipenuhi ? Tentunya, tidak selalu, bisa dipenuhi saat itu. Ketidakpernuhiannya kebutuhanmu itu, bisa disebabkan oleh beberapa latar belakang, atau kondisi masing-masing.


Pernahkah kita melihat ada seorang ibu-ibu yang menanam padi di sawah ? atau sekelompok keluarga bertani, dan bekerja tiap hari ? atau ada kegiatan lain yang dilakukan manusia untuk mencari sekedar sesuap nasi, guna memenuhi kebutuhan hidupnya ? Ya, itulah, realitas kehidupan kita yang ada di sekitar kita. Lantas, apa makna dari semua itu ?

Jumat, 18 Oktober 2024

Saat orang membincangkan masalah keterampilan bicara, ada  tiga keterampilan bicara yang kerap terlupakan. Ketiga keterampilan itu, kita sarikan pemikirannya,  dari Artistoteles dan Tan Malaka. Ketiga keterampilan bicara itu, saling berkaitan dan mengukuhkan, namun memiliki karakter yang berbeda. Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), kedua keterampilan  yakni retorika dan dialektika (Aristoteles, 2018:19). 



Sekali lagi, dalam buku terjemahan karya Aristoteles itu disebutnya Retorika.  Kita sengaja, memisahkan keterampilan itu dengan tegas, karena ada pemikiran lain, yang berbeda dengan pemahaman kita mengenai konsep dialektika. Setidaknya, dalam pemahaman Tan Malaka (Sumatera Barat, 1897-1949), dialektika itu berbeda dengan logika. Oleh karena itu, sengaja dalam paparan ini, disajikan dua sudut pemikiran yang berbeda. Artinya, kendati Aristoteles menyebut dialektika, tetapi dalam konteks lain, keterampilan bicara itu membutuhkan logika.

Kamis, 17 Oktober 2024

 Membincangkan system ekonomi, setiap orang akan dihadapkan pada dua kebutuhan dasar, yakni memahami makna konsep dari system dan ekonomi, serta memahami implikasi praktis dari konsep tersebut. Dengan memahami kedua  hal itu, maka seseorang akan bisa dengan mudah memahami gejala ekonomi dan perekonomian, yang tumbuhkembang di Masyarakat.



Konsep system-ekonomi, merupakan Paduan antara system dan ekonomi. Sistem berasal dari kata Sistema, yang mengandung makna keseluruhan. Makna “keseluruhan” itu adalah Kumpulan dari beberapa unit. Oleh karena itu, ada yang mengartikan ‘sistem’ adalah sekumpulan unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, dan terpadu untuk mencapai tujuan bersama.

Selasa, 15 Oktober 2024

Lembar Kerja Peserta Didik kelas XII dengan tema "Analisis wilayah"

infrastruktur;

Senin, 14 Oktober 2024

Dalam kehidupan manusia, sesuatu hal itu, ada yang bisa dimanfaatkan langsung, dan ada yang tidak langsung. Buah-buahan atau sayuran, adalah sesuatu hal yang bisa dilangsung dimanfaatkan oleh manusia.  Namun, di luar itu, ada sarana kebutuhan yang tak bisa dimanfaatkan oleh manusia, namun dijadikan modal untuk bisa memanfaatkan yang lainnya. Itulah yang disebut prasarana atau infrastruktur.



Infrastrktur adalah fasilitas yang mendukung masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Karena itu, infrastruktur biasa disebut juka social overhead capital, atau modal yang digunakan secara tidak langsung oleh manusia, untuk menunjang atau mentransformasi aktivitasnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sabtu, 12 Oktober 2024

 Sudah banyak buku yang berisikan mengenai profesi guru dan kependidikan. Selepas hadirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, masalah guru dan pendidikan ini, terus menerus tiada henti-hentinya mendapat perhatian dari banyak kalangan. Bukan saja, dari peserta didik, orangtua dan ahli pendidikan, tetapi pemerintah dan wakil rakyat pun turut membicarakannya.


Hal yang menarik, ternyata wacana-wacana pendidikan dan masalah guru ini, muncul sangat beragam. Bila disimpulkan, setidaknya meliput pada tiga karakter, yaitu ada kelompok yang memberikan pujian, ada kelompok yang mengkritisi, tetapi ada juga yang mencaci makinya. Untuk kelompok yang terakhir ini, kadang memberikan argumentasi bahwa profesi guru itu, dilihat dari jam kerja, kinerja dan hasil pekerjaannya tidak jelas, tetapi memiliki tunjangan profesi yang sangat tinggi. Atau dengan istilah lain, tidak seimbang dengan tunjangannya.

 Palebah dinya. Pengkolan jalan ka desa. Harita. Teuing poe naon. Teuing jam sabaraha. Asa teu perlu nginget-nginget nu  kitu. Nu puguh mah, harita, ka sareupnakeun. Di palebah dinya, di pengkolan, kuring cinutrung sosorangan. Cinutrung, bari sakapeung lujag lejeg siga nu teu genah hate, siga aya nu ditungguan.

“ah, da enya, sosorangan..” pok teh.  Lain ngahajakeun nyorangan, da memang harita teh,  geus sorangan. Tatangga oge, ting kecewis, nga-hoax unggal hahaokna. Maranehna ting harewos, “euh, dasar lalaki teu gableg cedo, keur nyorangan teh, loba kahayang nu teu uyahan…”.

Lebah dinyana, kuring oge sok reuwas. Reuwas lain pedah sosorangan di pengkolan, wanci sareupna ka peutingna keun. Reuwas teh,  sieun katutuluyan, jadi gering nangtung ngalanglayung, nungguan di pengkolan. Nungguan, nu arek datang, da cenah, aya beja, sok ngaliwat ka lebah dinya.

Ras inget kana lamunan nu kamari. Rarasaan teh bener. Da enya, cenah, di pengkolan ieu, rame ku jalma.  Eta pengkolan teh,  jadi liliwatan. Boh, budak, boh kolot. Pon nya kitu deui ari para rumaja, nu keur meujeuhna tuang toong ka pada rumaja deui mah. Ah, ceuk beja mah, sanajan ieu pengkolan desa, batasanna sawah, tapi endah mun dijadikeun keur tempat panglamunan. Kekedalan  barudak jaman kiwari mah, instragramebel cenah. “Alus rupa keur dijadikan status di media sosial”, kitu ujaring barudak kiwari mah.

Beulah ditueunna sawah. Katingal, ngeplakna hasil panyawah warga desa. Piisukeunna panen, estu pasti pibungaheunna. Di dinya di pengkolan, lamun seug manceran srangenge, lain haneut wungkul nu karasa, tapi endahna alam mungguhing paparinan gusti Alloh, estu matak pisugemaeunna.

Lamun seug manjing ka sareupna. Balebat layung, hurung nyaangan alam, nu ampir-ampiran ka tutupan peuting. Ku eta oge, jeung ku kituna oge, teu weleh matak nyeredet ka na hate, hususna keur sakuringeun harita.

“enyaan..” gerentes hati harita, “cek beja, majar ieu tempat rame dijugjug ku urang lembur, tapi geuning ayeuna bet kieu kaayaanna..”.  Lah, jadi kapikiran kitu nya, “majar rame, naha ari poe ieu, aya teu jauh jeung kaayaan diri. Sepi, nyorangan…”pokna deui.  

Pipikiran ngalayang. Nyawang ka tukang, nyorang ka hareup. Ka tukangna, ras inget ka dongeng ustad di masjid. Ujaring cariosan anjeunna, nujut ka piwuruk ulama kapungkur, yen di sawarga nu sakitu lega tur endahna oge, kanjeng Nabi Adam alaihi salam, geuningan teu betaheun ari nyorangan mah…”, kedal salajengna, ustad ngadawuh deui, “antukna,  kanjeng Nabi Adam As ngadu’a, ka Gusti nu Maha Suci, nyuhunkeun batur keur hirup di sawarga, nu saterasna mah, dikabulkan. Ti harita, kanjeng nabi Adam As di sarengan ku ibu Siti Hawa..”.

Pikiran nepi ka lebah dinya, hate ngarongheap. “duh, boa, kitu rasana. Ari sorangan. Eh, maksudna ari nyorangan…”  pok teh, ngan teu nyoara wungkul, “sanajan sakitu endahna ieu alam, geuning karasa rumek. Hate mah teu bisa dibobodo. Sok sanajan, hiliwirna angon pasosore nu sakitu nyecepna, geuningan kalah karasa panas, ngabayeungyangkeun, ari keur sorangan kieu mah....”


Itu geuningan. Dangdauna ting garupay, ti kajauhan. Siga nu ngajak ka diri, sangkan ngadeukeutan, barengan ngariung. Ngariung jeung nu lain. Tapi, hate tetep ngucap, “ah, da lain eta…”.

Itu geuningan. Angin ngahiliwir, siga ngahajakeun hayang nganter diri, supaya nyorang ka lebah ditu, tempat nu memang can pernah ka ambah samemehna. Sugan jeung sugan aya batur nu wawuh, aya baraya keur ngubaran rasa. Tapi, hate ieu keukeuh kedal, “ah, da lain eta…”.

Sudah bukan informasi baru. Dalam tradisi filsafat ada pernyataan bahwa kelakuan manusia, bisa terjebak pada sisi yang ekstrim. Satu sisi, manusia terjebak manusia hidup nyata dengan manusia lain, yang kemudian disebutnya homo homini socius. Tetapi pada sisi lain, manusia bisa masuk ke jurang tindakan hina, yakni menjadi homo homini lupus, manusia memangsa manusia yang lainnya.



Gejala yang ada, justru di era sekarang ini, bukanlah manusia memangsa mausia lainnya ? melainkan, ada indikasi bahwa manusia menunjukkan indikasi kelakuan hewan, atau yang disebut animalitas. Apa dan mengapa demikian ?

 Persiapan keberangkatan haji/umrah, sudah terasa di berbagai pelosoik daerah. Kebahagiaan atau suka cita di wajah calon jama’ah haji/umrah, begitu tampak bersinar dan  berbinar. Cahaya kebahagiaan itu, menunjukkan satu ‘keaguhan nilai’ haji/umrah yang selama ini diimajinasikan, diimpikan atau diharapkannya.

Ibadah haji adalah ibadah tertua yang dilakukan oleh makhluk Allah di muka bumi. Ibadah ini bukan hanya disyariatkan sejak masa Nabi Ibrahim alaihissalam yang konon diperkirakan hidup sekitar tahun 1997 – 1822 sebelum masehi. Itu berarti sejak hampir 40 abad yang lalu.

Dalam kitab tafsir Al-Jami’ li-Ahkamil Quran, AL-Imam Al-Qurthubi menukil pendapat Mujahid yang menyebutkan bahwa Allah SWT telah menciptakan tempat untuk ka’bah ini 2000 tahun sebelum menciptakan segala sesuatu di bumi.

Sedangkan Al-Imam Ath-Thabari dalam kitab tafsir AthThabari, menukil pendapat Qatadah yang mengatakan bahwa Ka’bah adalah rumah pertama yang didirikan Allah, kemudian Nabi Adam alaihissalam bertawaf di sekelilingnya, hingga seluruh manusia berikutnya melakukan tawaf seperti beliau.

Sebagai salah satu praktek ibadah Umat Islam, diperlukan pemahaman yang lebih baik mengenai makna haji, sehingga bisa menjadi bagian penting dalam menjalankan ibadah haji dimaksud. Mendukung penguatan pemahaman kita mengenai makna hajji/umrah, kiranya perlu disampaikan di sini, beberapa pandangan yang terkait dengan makna haji.

Pertama, Secara bahasa, kata haji bermakna al-qashdu, yang artinya menyengaja, atau menyengaja melakukan sesuatu yang agung. Dikatakan hajja ilaina fulan artinya fulan mendatangi kita. Sekaitan dengan hal ini, makna haji dapat pula diartikan sebagai tamu, orang yang mengunjungi. Tidak mengherankan bila kemudian di tengah Masyarakat, kerap kita mendengar jama’ah haji disebut tamu-tamu Allah.  Istilah ‘umrah, selaras dengan makna haji pula, kata ini mengandung arti az-ziyarah, yaitu berkunjung atau mendatangi suatu tempat atau seseorang.

Secara istilahi, orang yang bertamu disebut haji. Lantas, bagaimana jika orang itu sudah pulang ke Indonesia atau ke tempat asalnya lagi, apakah mereka pun masih bisa disebut haji ? mungkin yang tepat, bukan disebut haji, tetapi pernah berhajji ke Baitullah. Oleh karena itu, penyebutan haji sebagai gelar, lebih tepatnya (secara sosiologis) menunjukkan orang yang pernah bertamu ke Baitullah.

Seseorang bisa saja, pernah berziarah ke Singapura, Hongkong atau Sydney Australia. Sepulang dari Lokasi ziarah itu, tidak lagi disebut peziarah, hanya saja, memang dia pernah berziarah. Karena itu, gelar haji, sejatinya adalah merujuk pada identitas seseorang yang pernah berziarah.

Kedua, kata hajji dan umrah secara syari’ah, merujuk pada praktek kunjungan seorang muslim ke baitullah (Kabah) di Makkah al Mukarramah, dan sejumlah tempat di Madinaha al-Munawarah.  Pemaknaan ini sekaligus membatasi makna umum hajji/umrah. Orang yang bertamu bisa juga di sebut hajji dan  umrah, tetapi makna syar’i,  hajji/umrah adalah kunjungan ke suatu tempat, waktu, dan cara pelaksanaan yang sudah ditetapkan dalam kaidah hukum Islam.

Ketiga, Ibadah haji merupakan ibadah paripurna yang meliputi seluruh aspek ibadah baik lahir maupun batin, jasmaniah maupun ruhaniah. Siapa pun yang sudah berhaji dengan memenuhi berbagai kriteria yang tercantum dalam kitab fikih haji seharusnya dapat dikatakan mabrur. Namun sering ditemukan banyak orang yang telah berhaji tidak diikuti dengan perubahan sikap sosial yang shaleh. Apa substansi masalahnya? Definisi mabrur itu sendiri tidak dapat dipahami hanya dari narasi definisi yang telah disampaikan diberbagai rujukan karena definisi haji mabrur yang dilandasi oleh indikator syariat saja belum tentu dapat merubah perilaku seseorang. Untuk itu perlu memberikan alternatif pemahaman terhadap maknamakna perilaku haji yang terdapat dalam rangkaian manasik haji secara mendalam untuk mengungkap rahasia dan makna strategis yang menyentuh hati.

Keempat, tak bisa dilupakan pula, haji dapat diartikan sebagai perjalanan religi dalam menapaktilasi sejarah peradaban dan keadaban Islam. Seorang jama’ah haji/umrah, akan mengunjungi dan melakukan ritual peribadahan (manasik) yang memiliki nuansa spiritual dan juga historical.

Bila tidak ada masalah khusus, atau situasi dan konteks tertentu, maka sikap istiqamah atau ajeg adalah sesuatu yang sangat penting. Keajegan dan keteguhan dalam menjalankan ajaran Islam menjadi sesuatu yang perlu dan dan teguh dianut oleh seorang Muslim. Namun demikian, ternyata, al-Qur’an memberikan inspirasi bahwa dalam situasi dan kondisi tertentu, sikap keajegan atau sikap tegak lurus,  boleh dilewati.


Sikap yang menunjukkan perubahan atau pergesaran sikap dari sikap tegak lurus, yaitu sikap sedikit condong atau geser dari sikap ajeg atau tegak lurus. Istilah yang digunakannya, yaitu janaha.

Meminjam pendapat dari Ashfahani (Al-Ashfahani, 2017:jilid 1 : 26-28), kata janaha mengandung makna “sayap yang mengepak, atau malam yang gelap, atau condong dan cenderung miring”. Bahkan, dalam konteks tertentu, dapat pula diartikan ‘cenderung dosa’. 

Untuk kesempatan ini, akan disampaikan analisis terhadap penggunaan konsep janaha dalam kaitannya fiqh Islam. Dalam hal ini penggunaan konsep janaha dalam al-Qur’an, malah ‘cenderung’ diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti ‘dosa’. Pertanyaannya, apakah pemaknaan serupa ini, tepat ? ataukah, perlu ada pengembangan makna yang lain ?  

Kamis, 22 Agustus 2024

 Gerakan mahasiswa menguat. Setidaknya, itulah yang dirasakan, dalam dua hari terakhir ini. Pemberitaan mengenai gerakan sosial  mahasiswa, secara tidak dibayangkan, muncul di berbagai titik dan juga diberbagai daerah di penjuru wilayah Indonesia.  Tentunya, satu sisi memberikan secercah harapan, dan pada sisi lain, juga tertunggangi sebuah kekhawatiran.

Mengapa demikian ?sumber : kompas.com

Kita semua paham. Rakyat Indonesia pun paham. Setidaknya, bila kita menggunakan pendekatan (teori) konspirasi, maka akan muncul analisis, siapa menunggangi siapa, dengan tujuan untuk apa. Analisis ini, tidaklah asing dalam telinga dan narasi yang dibangun di negeri kita ini. Rakyat kita, dan media kita, tampaknya sudah mahir dalam membaca dan memahami masalah serupa ini. 

Rabu, 24 Juli 2024

"kalau mau tetap egois, ya silakan,.." ungkap senior, "resiko, masalah tambah jelimet, dan juga krusial.." paparnya lagi. 

Nasihat itu, disampaikan, saat ada orang rekan yang masih berada alam posisi egois, untuk mempertahankan kebenaran dan pembenaran. 

Memang ribet. Kalau, setiap orang berusaha mempertahankan nilai-nilai kebenaran, dengan cara pembenaran. Dia merasa sedang mempertahankan kebenaran, padahal yang tengah dilakukannya itu adalah sikap pembenaran. Pembenaran terhadap diri sendiri, dan juga pembenaran terhadap kenyataan yang ada.  Seperti hal yang terjadi pada kedua sahabat kita saat ini. 


Mereka berargumen, bahwa dirinya tengah mempertahankan sikap yang benar dan kebenaran. Untuk mempertahankan kebenarannya itu, dia melakukan pembenaran terhadap sikapnya dengan argumentasi tambahan, yang dinilai orang lain, sangat tidak relevan yang cenderung mengarah pada apologia, dan pembenaran terhadap dirinya sendiri.

Ok.

Sabtu, 06 Juli 2024

Kejadian dibobolnya PDNS (Pusat Data Nasional Sementara) adalah pukulan telak bagi bangsa Indonesia. Eh, iya, setidaknya, demikianlah dari pandangan kelompok kritis. Tetapi, bagi kelompok fungsionalis atau kelompok sebelahnya, akan dimaknai sebagai ujian ketangguhan dan kesabaran, sehingga dapat memperbaiki diri. 


Beda sudut pandang. Beda pula reaksinya, termasuk beda pula konsekuensinya. Bagi kelompok pertama, adalah wajar jika pihak yang bertanggungjawab mundur dari jabatan. Sikap itu selain menjadi tanggungjawab moral,  pun, dapat dartikan sebagai tanggungjawab formal dari seorang pemangku amanah. Tetapi, bagi kelompok sebelahnya, memandang bahwa kejadian itu adalah ujian yang harus dihadapi dengan gagah berani, bukan mundur bak seorang pengecut.

Selasa, 02 Juli 2024

Di tulisan lain, sudah disampaikan, mengenai pentingnya  mengedepankan sikap 'fokus pada yang ada". Pandangan itu, yang merupakan bagian penting dari refleksi kelembagaan di kampus PPI 110 Manba'ul Huda Kota Bandung.



Dalam tradisi pesantren, fokus pada yang ada, masuk kategori sikap baik atau akhlakul karimah. Orang yang bisa mengedepankan sikap syukur, atau menerima dan fokus pada yang ada, bisa dikatakan sebagai bagian penting dari sikap 'qana'ah', atau menerima dan rela dengan apa yang ada. 

Jumat, 28 Juni 2024

Dalam tiga ayat ini, ada informasi bahwa “tidak ada perubahan dalam kalimat-kalimat Allah Swt”. La mubadhila li kalimatillah. Itulah kesan pertama, yang tertangkap dari ketiga  firman Allah Swt tersebut.

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَّعَدْلًاۗ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ١١٥ ( الانعام/6: 115)

Telah sempurna kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan (mengandung) kebenaran dan keadilan. Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.  (Al-An'am/6:115)

وَاتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَۗ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖۗ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُوْنِهٖ مُلْتَحَدًا ٢٧ ( الكهف/18: 27)

Bacakanlah (Nabi Muhammad) apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al-Qur’an). Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain kepada-Nya.  (Al-Kahf/18:27)

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوْا عَلٰى مَا كُذِّبُوْا وَاُوْذُوْا حَتّٰٓى اَتٰىهُمْ نَصْرُنَا ۚوَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِ ۚوَلَقَدْ جَاۤءَكَ مِنْ نَّبَإِ۟ى الْمُرْسَلِيْنَ ٣٤ ( الانعام/6: 34)

Sungguh rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, lalu mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tidak ada yang dapat mengubah kalimāt Allah.  Sungguh, telah datang kepadamu sebagian berita rasul-rasul itu. (Al-An'am/6:34)

Kamis, 27 Juni 2024

Mudah dipahami. Bila ada yang mengatakan bahwa berjudi itu tidak mengenal KTP, dan juga tidak mengenal profesi. Artinya, siapapun dan dimanapun, dapat terjebak pada praktek judi, terlebih lagi, di era teknologi digital hari ini, yang kemudian disebutnya sebagai judi online atau judol.


Persoalannya, apakah judol sudah menjadi budaya ? maksudnya itu, bila saja, kita merasakan, bahwa praktek judol itu sudah melanda siapa saja, dan dimana saja, tak mengenal desa atau kota, atau pun tak mengenal profesinya apa, apakah dengan demikian, judol itu sudah menjadi budaya ? 

Ah masa sih. Korupsi disebut sudah menjadi budaya. Narkoba, sudah disebut budaya. Freeseks sudah disebut budaya. hari ini, jangan-jangan, judol pun akan disebutnya sudah membudaya. Bila demikian adanya, lantas, apa maknanya semua ini ? benarkah, bahwa judol itu sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat kita saat ini ?

Sabtu, 15 Juni 2024

Tidak terpikirkan sebelumnya. Tetapi, sudah dirasakan. Maksudnya itu, setelah memberikan argumentasi, dan kemudian diambil keputusan, rasa-rasanya ada satu hal yang mengganjal, dan harus saya lakukan seketika itu. Tindakan yang saya maksudkan itu, adalah minta maaf, terhadap seluruh argumentasi yang sudah disampaikan sebelumnya. Karena, saya pikir, argumentasi itu, tentunya dapat menyakinkan bagi sebagian orang, tetapi dapat pula memberikan sayatan yang menyakitkan pada sebagian yang  lainnya. Itulah yang terasa dan dirasakan, dan kemudian terpikirkan. Khususnya, selepas keluar dari ruang perbincangan.


Pasalnya, siang kemarin, sudah terjadi rapat keputusan, untuk menetapkan nasib seorang peserta didik.  Seperti biasanya, bagi seorang tenaga pendidik, di setiap akhir tahunnya, ada momen evaluasi terhadap peserta didik yang sudah menjalani proses belajar dalam satu tahun terakhir.  Termasuk, kepada dua orang peserta didik yang menjadi bahan pembicaraan kali ini. Dalam rapat itulah, sikap tanggapan, pemikiran dan pendapat, sangat potensial dan sering terjadi. Sulit dihindari.

Karena perbedaan sudut pandang, atau perbedaan kepentingan, atau perbedaan teori dan pemikiran yang digunakan, maka akan melahirkan argumentasi yang bebeda dalam mendukung, membela atau menolak pandangan. Namun demikian, bagi mereka yang terbiasa dengan budaya akademik, dinamika serupa ini, sangatlah bisa dinikmati. 

Jumat, 07 Juni 2024

Kisah ini mungkin, tidak akan terjadi hari ini. Tetapi, potensial terjadi, bila dikemudian hari, kebijakan Pemerintah mengenai pengolaan tambang diserahkan kepada organisasi keagamaan atau organisasi kemasyarakatan. Bukan prasangka, tetapi, sebuah predisik terhadap ragam kemungkinan, yang bisa tejadi di hari esok.



Lha, kok bisa demikian ?

Sabtu, 01 Juni 2024

Tulisan ini, menjadi pembanding dari tulisan tetangga sebelah. Disebut pembanding, untuk sekedar menunjukkan, kualitas dan posisi tulisan, sehingga pembaca  mampu memberikan penilaian yang objektif dan atau proporsional terhadap berbagai hal yang terjadi, atau setidaknya, terhadap kejadian yang terjadi di sekitar kita.


Pertanyaannya serupa, 'apa yang andai rasakan, manakala mendapat pujian dari tetangga yang lain ?"

Senin, 20 Mei 2024

Alkisah. Seorang petani, menunggang gerobak yang ditarik seekor keledai. Sang petani, dengan asyiknya duduk di atas gerobak, dengan membawa hasil pertanian yang sangat melimpah kala itu. Tentunya, sangat membahagiakan. Sejumlah hasil sayuran, dia dapatkan, dia panen, dan hari itu, bermaksud untuk menjualnya ke pasar.

Sayangnya. Lokasi pasar itu, memiliki jarak yang cukup jauh, atau boleh dibilang sangat memerlukan perjuangkan ekstra. Jangankan tenaga manusia, tenaga hewan, sekelas keledai pun, tidak banyak yang mampu mencapainya denga satu kali jalan, dalam satu perjalanan. Sejumlah keledai ada yang tumbang di tengah jalan, sehingga menghabiskan waktu yang sangat lama-lama, dan bisa berhari-hari untuk sampai ke lokasi pasar.



Seperti yang dialami saat itu, Sang petani dikagetkan oleh keadaan keledai. Di tengah perjalanan, keledai pun berhenti, dan kemudian tersungkur di tengah jalan. Tampaknya, dia kelelahan dan kehabisan tenaga akibat perjalanan panjang, dengan medan juang jalan yang bertopografi menantang.

Jumat, 17 Mei 2024

Memang tidak sekompleks mengawal transisi pemerintahan, baik di level Pemkot, pemprov atau negara. Namun, pengalaman mengawal transisi pemerintahan di level persekolahan, pun, dapat memberikan sebuah ekstase-kebahagiaan intelektual atau bahkan spiritual kepada kita semua, khususnya pecinta demokrasi dalam dunia pendidikan.


Pernyataan ini mungkin terlalu hiperbolik. Tetapi, terbayangkah oleh kita, bila seorang wakil kepala sekolah bisa di pilih oleh warga sekolah ? mungkinkah, kita dapat membayangkan sesuatu yang aneh, baru, atau berbeda, bila kemudian, ada sekolah yang mengembangkan model pemilihan wakil kepala sekolahnya sendiri ?

Selasa, 14 Mei 2024

Tak bermaksud menambah kepusingan guru atau peserta didik di kelas. Tidak. Tulisan ini, tidak dimaksudkan untuk menambah-nambah masalah. Tetapi, pertanyaan sederhana di kelas, kerap kali muncul dan menjadikan sumber kesulitan bagi seorang tenaga pendidik Geografi di dalam kelas, khususnya jika dihadapkan pada pertanyaan, "Pak, ada berapa konsep esensial atau konsep dasar Geografi ?"


Dengan pertanyaan sederhana itu, seorang guru Geografi atau yang mengampu pelajaran IPAS/IPS di jenjang persekolahan, bisa jadi, akan mengalami kelimpungan. Setidaknya, kelimpungan kalau kemudian di menjawab "ada 10", terus sang peserta didik mengejar lagi, "apa memang hanya 10, bisa lebih atau kurang pak?"

Waduh !? 

Jumat, 03 Mei 2024

Datang ke sebuah arena. Arena hiburan. Anak-anak kota menyebutnya pembelajaran di luar kelas, atau outbound. Kesan pertama, yang didapatkan saat itu, sangat unik, dan menantang.  Jarak lokasi tidak jauh dari perkampungan. Berjalan ke bagian belakang kampung halaman, kemudian masuk ke lintasan sebuah pemukiman kota, yang menyediakan fasilitas hiburan bagi para penghuni, dan pengunjungnya.


Sungguh sangat mengagumkan. Bukan apa-apa. Di kawasan kompleks perumahan, tidak jauh dari lokasi masyarakat, ada arena permainan yang luar biasa menantang. Sebuah sungai, dengan topogtafi dan alur sungai yang indah, disulap menjadi arena hiburan, liburan dan pembelajaran. 

Tebing air terjun. Bentuknya berjenjang. Tiga lapis.  Hingga, di akhir air terjun terakhir, mengalirlah sungai yang memiliki arus deras, dan menantang untuk dijadikan body rafting. Wuih, luar biasa, indah. Di perkampungan yang indah, dengan tiket murah meriah.

Senin, 29 April 2024

Seseorang hadir di hadapan sang Guru, Ustad Fahmi, demikianlah banyak orang memanggilnya. Disebut demikian, karena para murid, sahabat atau tetamu yang datang kepadanya, serta mengajukan masalah atau pertanyaan tentang kehidupannya, seakan-akan sang guru memiliki segudang jawaban yang bisa diberikan kepadanya. Karena itu, dianggap oleh orang lain, sebagai guru yang serba faham, terhasap masalah dan bisa memecahkan masalahnya.


Di hari itu, seorang tamu datang, dan menghadap kepada sang Guru, sambil mengajukan pertanyaan, "Guru, cukup sering guru menilai bahwa kami hidup senantiasa terlalu formal, kaku dan tidak esensial. Lantas apa masalahnya, dan bagaimana cara mengatasinya...?"  Ungkapnya dengan penuh kesungguhan hati.

Sabtu, 06 April 2024

 Pilihan kata. Inilah hal penting yang perlu dimiliki oleh seorang pembicara, penutur, guru, ustad, atau orangtua. Kemampuan ini, bukan saja bermanfaat bagi si penuturnya, tetapi juga bermanfaat dalam menjaga kerukunan di tengah keluarga dan masyarakat.



Ah, rasanya, kalimat seperti itu, sangat biasa, dan sudah basi. Tetapi, akan menjadi menarik rasanya, bila kita mengingat sebuah contoh.

Selasa, 02 April 2024

Emang sulit, berdiskusi dengan orang yang berpikiran rumit. Atau mungkin juga, kerana kemampuanku inilah, yang tidak mampu menangkap maksud dan tujuan, serta pesan yang disampaikan orang lain, sehingga, diri ini tidak mampu menangkap pesan yang disampaikannya. Malahan, pada ujungnya, kemudian mengambil kesimpulan, bahwa lawan bicara itu, berpikiran rumit !


Padahal selama ini, saya sendiri berpendapat bahwa yang paling sulit, yaitu berpikiran rumit. Berpikir rumit itu sulit. Harus nyambung sana, ngait situ, nyentuh ini, nyenggol sona, dan lain sebagainya. Sulit dilakukan, dan tidak mudah dipahami oleh banyak orang, atau lawan bicara. 

Minggu, 31 Maret 2024

"luar biasa".  Ungkapan ini, rasanya perlu disampaikan. Sebuah pengakuan dari diri sendiri, terhadap seseorang yang selama ini, dianggap biasa saja. Membaca al-Qur'an tidak istimewa, penampilan standar, gaya hidup sederhana, dan pekerjaan tidak menggiurkan  banyak orang. Kehidupan sehari-harinya, normal, sama dengan yang lain, pada umumnya.


Lantas, mengapa, saya harus mengatakan luar biasa ? 

Inilah soalannya.

Selama ini. Orang yang tampil di mimbar keagamaan, khususnya khutbah tarawih itu adalah ustadz, atau yang dianggap ustadz, atau yang dipaksa seperti ustadz. Apapun istilahnya, orang yang tampil di mimbar itu, pastinya adalah orang yang dipersepsi sejumlah orang sebagai orang yang mampu berbicara masalah agama, dan keagamaan, serta pandangannya patut untuk didengarkan.

Jumat, 29 Maret 2024

Tampak percaya diri dan gagah. Tampil di atas podium. Anak dibawah usia, masih sekolah. Seorang siswa disebuah madrasah. Berdiri di podium, dan memaparkan pandangannya mengenai salah satu ayat yang ada dalam kitab suci Al-Qur'an. 



Penampilan yang menarik, dan penuh rasa percaya diri, menarasikan makna pada penggalan kalimat pertama. "bertaqwalah sekuat kemampuanmu..". Kemudian, sang penutur memberikan penjelasan tegas, tentan pentingnya ibadah semampumu, bukan semaumu.

Senin, 25 Maret 2024

Masih jarang, orang mencoba melakukan analisis feminis terhadap kegiatan atau kelakuan umat Islam di masa ramadhan. Entahlah, apakah karena fenomena ini kurang menarik, atau kita masih abai terhadap fenomena sosial yang terkait denagn gejala sosial ini. Padahal, fenomena sosial ini cukup memberikan inspirasi untuk memahami kelakuan sosial masyarakat, khususnya dalam perspektif Geografi Agama. 


Ya, sekali lagi, kita akan mencoba melakukan pengamatan terhadap kelakuan masyarakat Islam di sekitar kita (eh... di sekitar penulis maksudnya). Pisau amatan kita, yaitu menggunakan sudut pandang kefeminisan dalam kajian Geografi Agama.

Sabtu, 23 Maret 2024

Ramadhan masih terus berjalan. Setiap muslim, masih tetap teguh, konsisten atau komitmen untuk menjalani ibadah shaum di bulan Suci Ramadhan tahun ini. Setidaknya, itulah yang kita rasakan, di anggota  keluarga kita.

O, iya, mungkin, ada satu atau dua orang yang sudah mulai berguguran. Berguguran dalam pengertian karena hukum alam, atau seleksi alam. Di sebut hukum alam, karena kaum ibu atau perempuan ada yang menjalani siklus biologis bulanannya, menstruasi, yang  menjadi alasan-hukum untuk tidak menjalani shaum Ramadhan. Sementara, ada pula yang sebagian lagi, karena seleksi alam. Mulai lesu, lemah, dan atau tidak bergairah lagi dalam mengisi ramadhan, sehingga banyak yang bocor di tengah jalan.

Kamis, 21 Maret 2024

 Hal menarik yang perlu dikaji dan dicermati bersama, Ramadhan mengajarkan kepada kita mengenai perubahan perilaku. Tidak berlebihan, bila kemudian ada yang menyebutnya sebagai bulan belajar atau bulan pendidikan (syahru tarbiyah).

Proses pembelajaran yang terjadi itu, diantaranya adalah melakukan perubahan pola hidup. Untuk sekedar batasan-masalah, yang dimaksud dengan pola hidup adalah perilaku seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya, pola makan, pola tidur, pola belajar dan  lain sebagainya. Dengan kata lain, pola hidup itu lebih mengacu pada teknik atau cara seseorang dalam mengatur waktu hidup hariannya.


Sudah tentu. Kita akan bisa melihat kenampakkan sosial yang unik. Pola hidup ini, dijalani secara berbeda, antara satu orang dengan orang lainnya, antara hari lalu dengan hari-hari di bulan Ramadhan.  Seseorang yang terbiasa memiliki pola makan 3 kali sehari, kini diubah polanya menjadi dua kali sehari. Pola makan itu pun, kemudian waktu makannya pun diubah, menjadi waktu sahur dan buka.  Hal serupa itu, masuk dalam kategori perubaha pola hidup.

Cerita ini, lebih diinspirasi oleh fenomena kebiasaan seorang pegawai di tempat kerja. Seperti yang penulis alami, atau jalani selama ini. Dalam posisi minimalis, penulis sekedar seorang tenaga pendidik di sebuah lembaga pendidikan. Status dan posisi ini, tiada beda dengan  kebanyakan orang di sekitar kita. Hal yang mungkin membedakan adalah tempat kerja. Ada yang di kantoran, pabrikan, rumah sakit, atau persekolahan. Tempat kerja penulis, adalah yang disebutkan terakhir tadi.

Sekali lagi, mungkin kebanyakan diantara kita memiliki status yang sama. serupa ini. hanya berbeda lingkungan kerja, atau tempat kerjanya. Oleh karena itu, refleksi atau renungan pagi ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai sebuah cermin belaka, dan bukan dalil atau hukum-kehidupan. Dengan dijadikannya sebagai cermin budaya kerja, lebih lanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan renungan dalam mengevaluasi atau menelaah berbagai hal yang terjadi di sekitar ini.

Selasa, 19 Maret 2024

Salah satu tujuan dari amaliah Ramadhan, adalah menciptakan lingkungan dan kelakuan hidup menuju kualitas hidup yang utama, atau disebut takwa.  Penjelasan ini, sudah biasa dan kita simak bersama, dalam kehidupan sehari-hari, khususnya selama bulan suci Ramadhan.



Sebagai bagian dari sebuah proses menakwa, memang tidak sederhana, dan juga tidak mudah. Hal ini, bukan karena derajat ketakwaan sebagai sesuatu yang mustahil, namun lebih disebabkan karena bersifat dinamis, dan proses. Derajat takwa bukan sesuatu yang statik atau stagna. Derajat ini, memiliki karakter yang sangat dinamis.

Minggu, 17 Maret 2024

Mohon maaf. Di sini, akan memanfaatkan teori kebutuhan dari psikologi, khususnya Maslow.  Abraham Maslow (1908-1970) adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia.

Teori ini, kadang disebut teori psikologi mengenai kebutuhan dasar manusia, atau teori dasar tentang motivasi. Anak-anak generasi kemarin, sudah tentu biasa menyebutnya sebagai teori kebutuhan dasar (basic needs) manusia. 

Lantas, bagaimana dan apa hubungannya dengan gangguan setan kepada manusia, khususnya di bulan suci Ramadhan ini ?

Pertama, kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan fisiologis (biologis), seperti makan, minum, tidur , pakaian dan kebutuhan biologis. Terkait hal ini, setan melakukan ujian dan penggodaan berbasis kebutuhan dasar. Misalnya, dengan memberikan asupan pemikiran rasa dan emosi untuk lapar, dan haus. Godaan inilah, yang menguat dan sangat besar dirasakan oleh anak-anak pemula di bulan Ramadhan.

Hari-hari pertama menjalani puasa, sangat terasa. Lapar, haus, atau dahaga. Tidak jarang, yang kemudian di tengah perjalanan puasanya, memutuskan untuk buka puasa, bocor atau tidak kuat menahan godaan.